ABSTRAK
Desa
Tosari merupakan Desa yang berada di Kecamatan Tosari Kabupaten
Pasuruan. Kecamatan Tosari sendiri memiliki 8 desa di antaranya adalah
desa Tosari, desa Wonokitri, desa Sedayeng, desa Balidono, desa
Ngadiwono, desa Podokoyo, Desa Kandangan dan desa Mororejo. Desa Tosari
adalah Desa tertua di Kecamatan Tosari. Bukti bahwa Desa Tosari
merupakan Desa tertua adalah adanya bukti Jimat Klontongan. Jimat
Klontongan berisi baju Antakusuma, dimana jimat tersebut disimpan oleh
Dukun di Desa Tosari. Selain Jimat Klontongan, bukti bahwa Desa Tosari
merupakan Desa tertua di Kecamatan Tosari adalah perayaan Karo yang
sudah dilaksanakan 1181x. Desa Tosari dihuni oleh masyarakat Suku
Tengger asli dan ada juga pendatang-pendatang baru yang tinggal di Desa
Tosari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif etnografi yaitu upaya mencari kebenaran sesuai
dengan data yang didapat di lapangan.
Key words: suku tengger, kebudayaan, desa dan pertanian.
Pendahuluan
Konsep
yang tercakup dalam istilah suku bangsa adalah suatu golongan manusia
yang terikat oleh kesadaran dan jati diri mereka akan kesatuan dari
kebudayaan mereka, sehingga kesatuan kebudayaan tidak di tentukan oleh
orang luar, melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan itu
sendiri( Koentjoroningrat, 1966:166 dalam Departemen Pendidikan
Nasional, 2000: ).
(Departemen
Pendidikan Nasioanl, 2000:27) Kebudayaan setiap suku bangsa dapat
dipelajari dari tiga wujud kebudayaan yang terdiri atas:
-
wujud gagasan
-
wujud perilaku berpola
-
kebudayaan fisik
Wujud
yang pertama adalah wujud yang paling abstrak karena sebagai suatu
himpunan gagasan, suatu kebudayaan yang tidak dapat dilihat atau
dinikmati. Lokasinya dalah kepala dan pemikiran tiap bangsa penduukung
kebudayaan bersangkutan yang mereka bawa kemanapun mereka pergi. Secara
teknis, kebudayaan dalm wujud himpunan gagasan ini disebut dengan sistem
budaya. Adapun wujud kedua adalah wujud yang paling konkrit sebagai
perilaku yang berpola dari manusia-manusia yang berinteraksi dalam suatu
masyarakat. Secara teknis kebudayaan dalam wujud perilaku berpola ini
disebut sistem sosial. Sedangkan wujud ketiga dari kebudayaan adalah
wujud yang paling konkrit dan nyata sehingga secara teknis kebudayaan
dalam wujud kumpulan benda dan artefak ini disebut dengan kebudayaan
fisik.
Kebudayaan
dalam wujud yang pertama sering juga disebut covert culture atau
unsur-unsur kebudayaan yang tidak tampak. Unsur-unsur ini sulit di ubah
dan diganti karena himpunan gagasan ini telah dipelajari dan
diinternalisasi oleh seseorang pada usia yang sangat dini, sewaktu
proses sosialisasi baru dimulai. Sedangkan kebudayaan dalm wujud kedua
disebut overt culture atau unsur-unsur kebudayaan yang tampak.
Unsur-unsur ini biasanya lebih mudah atau lebih cepat berubah atau di
ubah. Sementara itu wujud kebudayaan yang ketiga disebut overt culture
atau unsur-unsur kebudayaan yang tampak, karena merupakan wujud yang
paling pertama dilihat oleh orang asing.
Dengan
memahami adanya tiga wujud kebudayaan ini pemahaman kita terhadap
kebudayaan dari suku bangsa bisa lebih memadai sehingga terhindar dari
penilaian tentang kebudayaan suatu suku bangsa. Penilaian bisa keliru
dapat terhjadi jika kita hanya memperjatikan kebudayaan yang tampak dari
suatu suku bangsa. Dengan demikian adakalanya kita menilai kebudayaan
suatu suku bangsa telah berubah atau berbeda dengan kebudayaan aslinya
hanya karena ada perubahan dalam wujud kebudayaanyang tampak, misalnya
terjadi perubahan pada sistem sosial atau kebudayaan fisik. Padahal
kalau ditinjau lebih jauh kebudayaan suku bangsa tersebut tidak berubah
atau masih sama seperti aslinya.
Kebudayaan
adalah perangkat peraturan dan tata cara, bersama dengan seperangkat
gagasan dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan hidup
masyarakat (Horton dan Hunt, terjemahan, 1987: 59 dalam Rahardjo,
1999:64), sedangkan menurut (Koentjoroningrat 1990:186 dalam Departemen
Pendidikan Nasioanl, 2000:27 ) membedakan wujud kebudayaan menjadi tiga
bagian, yaitu:
-
wujud kebudayaan sebagai satu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan
-
wujud kebudayaan sebagi satu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
-
wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
(Rahardjo,
1999:28) Desa secara umum diartikan sebagai suatu gejala yang bersifat
universal, terdapat dimanapun didunia ini. Sebagai suatu komunitas
kecil, yang terikat pada lokalisasi tertentu baik sebagai tempat tinggal
( secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama bagi
yang tergantung pada pertanian. Pengertian Desa secara umum sering
dikaitkan dengan pertanian, menurut (Egon E Bergel 1955:121 dalam
Rahardjo, 1999:29) misalnya mendefinisikan desa sebagai setiap pemukiman
para petani (peasant).
Sedangkan
menurut (Paul H Landis 1948:12-13 dalam Rahardjo, 1999:30) Definisi
desa dapat dipilah menjadi tiga, tergantung pada tujuan analisa. Untuk
tujuan analisa statistik desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan
yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan analisa
sosial-psikologik desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang
penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara
sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomik, desa
didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung pada
pertanian.
Pertanian
memang merupakan karakteristik pokok dari umumya didesa-desa disunia
ini. Dilihat dari eksistensinya desa merupakan fenomena yang muncul
dengan mulai dikenalnya cocok tanam disunia ini. Denagn mengingat
pentingnya faktor pertanian bagi keberadaan desa, maka dapat dipahami
bahwa kebanyakan batasan sosiologi pedesaan selalu berkisar pada aspek
pertanian.
Penelitian
ini dilakukan di desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
Peneliti mencoba untuk menggambarkan sejarah Desa Tosari dan
terbentuknya masyarakat pertanian Tengger di Desa Tosari. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan
metode etnografi. Peneliti berupaya mencari kebenaran sesuai dengan data
dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara:
observasi partisipan, wawancara secara mendalam dan dokumentasi.
Asal mula Suku Tengger
Asal
mula suku tengger itu sendiri masih simpang siur, ada yang mengatakan
dari kerajaan majapahit, kerajaan kediri, kerajaan singosari, kerajaan
ponorogo, dan yang terakhir adalah kerajaan mataram kuno. Menurut
Comandan Company VOC Belanda Andrian Van Ric pada tahun 1785 tokoh utama
Tengger adalah Kiyai Dodo Putih. Menurut Thomas Tamford pada tahun 1817
tokoh utama Tengger adalah Kiyai Dodo Putih. Menurut Kihauanpayer pada
tahun 1940 Kiyai Dodo Putih dan Nyai Kusumah merupakan moyang Tengger.
Namun
dari beberapa pernyataan tersebut ada salah satu bukti paling kuat
yaitu Prasasti di Penanja’an pada tahun 851 Saka atau 1929 Masehi Desa
Walandit sudah dihuni oleh masyarakat, dan masyarakat tersebut diberi
nama Hulun-Hulun Ning Hyang yang artinya adalah masyarakat yang patuh dan taat pada Sang Hyang dan Raja. Masyarakat tersebut juga disebut dengan hola-hola yag artinya adalah masyarakat yang masih lugu. Menurut penuturan Mbah Siddiq 1 selaku sesepuh Desa Tosari beliau mengatakan bahwa:
“Di
penanja’an Bromo terdapat Prasati dengan tulisan “Pada tahun 815 SAKA
atau 1929 Masehi Desa Walandit sudah dihuni oleh masyarakat, dan
masyarakat itu disebut dengan masyarakat hulun-hulu ning hyang
atau masyarakat yang taat dan patuh pada Sang Hyang dan Raja.
Masyarakat yang bebas dari pajak, akan tetapi diberi tugas untuk
mendoakan keselamatan kerajaan”.
Begitulah
asal mula terbentuknya Suku Tengger. Dan dipercayai nenek moyang
Tengger adalah Wayah Giri Kusumo dan Niburing Mbok Wulanjar. Yang asal
nenek moyang tersebut adalah dari Kerajaan Mataram Kuno karena bahasa
yang digunakan oleh masyarakat Tengger sama dengan bahasa kerajaan
mataram kuno.
Kebudayaan Suku Tengger
Suku Tengger yang mempunyai adat-istiadat Karo dan Kasada
yang selalu diperingati setiap tahunnya dan Unan-Unan yang diperingati
setiap 1 windu atau 8 tahun sekali. Menurut mbah Siddiq salah satu
sesepuh di Desa Tosari, Karo merupakan asal mula sesuatu di dunia ini. Karo
bukan peringatan ataupun hari raya, tetapi dengan adanya karo
diharapkan generasi dari Suku Tengger itu sendiri mampu untuk terus
melestarikan budaya yang turun temurun dilaksanakan, karo itu sendiri
meneliti, mentelaah tentang ajarannya dengan cara melestarikan adat
istiadat leluhur yang sejak dulu.
Pembukaan Karo
selalu dilaksanakan di desa Tosari karena Desa Tosari merupakan Desa
tertua dari ketujuh desa yang ada di Kecamatan Tosari dan leluhur
pertama kali datang di desa Tosari yang dulunya diberi nama Kertosari.
Dengan bukti adanya Pusaka Tengger yaitu Jimat Klontongan( kendang
dengan isi baju klontongan manusia pada zaman dahulu).
Pada ritual Karo
semua ikut berpartisipasi, dari yang tua sampai yang muda, diikuti
dengan pemilihan kemanten sodor( penari sodor). Pemilihan tersebut
merupakan penyeleksian siapa yang pantas dan layak untuk menjadi penari
karo. Disebut layak apabila benar-benar bisa melakukan sodoran dengan
baik. Pada perayaan Karo tersebut dihadiri juga oleh Bupati serta petinggi-petinggi.
Sodor
terbuat dari bambu wuluh dengan didalamnya ada biji-bijian dengan
gambaran kumpulnya atau bertemunya ibu dan bapak dengan bibit dari
bapak. Dalam ritual Karo tersebut terdapat sesajen yang terdiri dari 24
takir yang terdiri dari jadah, pasung, pipis, jenang. Jadah itu
melambangkan jabang bayi, pasung melambangkan sujud, pipis melambangkan
kelahiran, dan jennag melambangkan bapak dan ibu bertemu.dan ada satu
lagi sajen dari keduapuluh empat itu tapi memakai uang receh kuno yang
disebut dengan satak. Pada tahun 2010 Karo sudah diperingati 1181x. bukti ini diperkuat oleh pernyataan Mbah Siddiq2 selaku sesepuh Desa Tosari, yaitu:
“Pada tahun 2010 Karo sudah di peringati 1181x, setiap tahun masyarakat Suku Tengger selalu melaksanakan peringatan Karo
untuk melestarikan budaya dari nenek moyang Suku Tengger. Itu artinya
nenek moyang Suku Tengger sudah ada sejak lama”. Perayaan Karo diikuti oleh seluruh warga Tosari khususnya Suku Tengger, mulai yang muda sampai yang tua”.
Perayaan Karo
wajib diikuti oleh seluruh warga tanpa pengecualiaan, kalau ada salah
satu warga yang tidak mengikuti kebudayaan tersebut maka akan
mendapatkan sanksi sosial dari warga yang lain. Karena kebudayaan Karo wajib untuk dilestarikan sebagai warisan nenek moyang Suku Tengger.
Karo
sangat berhubungan erat dengan Kasada, Kasada yang identik dengan
legenda Roro Jonggreng dan Joko Seger yang memiliki 25 anak tetapi anak
bungsunya hilang konon katanya hilang di kawah Bromo dan setiap tahunnya
meminta kepada saudara-sudaranya untuk selalu menjenguknya.
Sesajen-sesajen
tersebut harus lengkap dan tidak boleh ada yang kurang atau salah. Dan
yang berkewajiban meneliti kelengkapan tersebut adalah dukun(pemangku
adat). Apabila ada yang kurang lengkap dari sesajen atau ritual tersebut
maka yang menanggung resiko adalah Pak Dukun. Upacara Karo diperingati
pada bulan kedua kalender Tengger. Dan peringatan tersebut dilaksanakan
selama 14hari.
Kasada
adalah ritual serta peringatan setiap satu tahun sekali, dan peringatan
tersebut dilaksanakan pada bulan 11 kalender Tengger ketika bulan
purnama. Kasada
sendiri mempunyai legenda yaitu tentang Roro Jonggreng dan Joko Seger
yang bertahun-tahun menikah akan tetapi tidak mempunyai anak, sehingga
merekapun bertapa di dekat kawah merapi dan meminta untuk dikarunia
anak. Permohonanpun didengar oleh Sang gaib dengan syarat anak terakhir
harus di serahkan kembali pada Sang Ghaib.
Suku
Tengger selalu melaksanakan ritual tersebut agar selalu mengingat
sejarah nenek moyang mereka serta memohon agar di jauhkan dari mara
bahaya dan doa khusus terutama adalah bersyukur pada Sang Pencipta atas
apa yang telah di beri selama setahun tersebut dan di mudahkan dan di
lancarkan rejekinya. Adapun sesajen yang diberikan saat melaksanakan
ritual kasada adalah hasil bumi, yaitu palawija, hewan-hewan ternak,
serta uang. Dan kesemuanya itu merupakan hasil yang diperoleh oleh
masyarakat selama setahun.
Sesajen
yang di berikan oleh masyarakat tersebut tergantung pada profesi
masing-masing, apabila yang berprofesi sebagai petani maka memberikan
hasil dari pertanian, dan yang berprofesi sebagai peternak maka
menyerahkan hewan ternaknya, dan yang berprofesi sebagai wiraswasta
menyerahkan uang. Dan sesajen khusus adalah sesajen yang disiapkan oleh
dukun adat. Dukun adat bertindak sebagai pemimpin ritual, dan ketika
berada di kawah dukun tersebut membuktikan kebenaran jimat junggring
mekakat saloka, dan dalam ritual tersebut nantinya akan di adakan
pertarungan antar dukun untuk memperebutkan jabatan sebagai dukun dari
Suku Tengger.
-
Berbakti pada Tuhan/ Sang Pencipta, yaitu dengan cara selalu beribadah serta menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannnya. Manusia tidak luput dari kesalahan yang mengakibatkannya pada dosa, oleh sebab itu manusia harus pandai-pandai menjaga segala perbuatannya agar terhindar dari dosa, yaitu dengan cara selalu beribadah pada Sang Pencipta. Karena selain menjuhkan diri dari perbuatan tercela, berbakti pada Sang Pencipta juga merupakan wujud syukur telah di beri kesehatan, rejeki, dll.
-
Berbakti pada orang tua, orang tua merupakan guru bagi anak-anaknya. Orang tualah yang mendidik dan mengajari anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab iru seorang anak harus berbakti pada orang tua, yaitu dengan cara menuruti segala nasehat orang tua. Dan tidak melawan atau memberontak pada orang tua.
-
Berbakti pada saudara, tetangga, sahabat. Lingkungan disekitar kita sangat mempengaruhi segala aktifitas kita, dan dalam lingkungan tersebut terdapat orang-orang terdekat kita, yaitu saudara, tetangga, sahabat. Sebagai mahluk sosial hendaknya kita semua harus hidup rukun dan saling tolong menolong.
-
Suami istri berusaha agar selalu bersedekah, karena dengan bersedekah semakin mendekatkan diri kita terhadap Sang Pencipta. Dan menjadikan kita pribadi yang baik karena menolong sesama yang sedang membutuhkan bantuan kita. Sedekah juga di percayai sebagai penolak balak agar terhindar dari marabahaya.
-
Dan yang terakhir adalah ingat akan mati. Manusia tidak selamanya hidup di dunia ini, pada saatnya nanti manusia pasti akan mati dan kembali pada alam kekal. Oleh sebab itu manusia harus berbuat baik dengan cara rajin beribadah serta baik pada sesama. Sangat luhur sekali pedoman hidup Suku Tengger.
Sejarah Ringkas Asal mula terjadinya desa Tosari
Desa
Tosari merupakan salah satu desa di kecamatan Tosari yang memiliki 8
desa di antaranya adalah Desa Tosari, Desa Wonokitri, Desa Sedayeng,
Desa Balidono, Desa Ngadiwono, Desa podokoyo, Desa Kandangan dan Desa
Mororejo. Desa tosari merupakan desa tertua dari keenam desa tersebut.
Desa Tosari tergolong unik, karena Desa tersebut memiliki masyarakat
yang masih kental dengan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Dan
masyarakat di Desa Tosari adalah sebagian merupakan Suku Tengger, suku
Tengger merupakan Suku yang berada di sekitar Gunung Bromo. Gunung Bromo
sendiri berada diantara Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo.
Suku tengger memilik ciri khas yaitu pada adat istiadatnya yang disebut
dengan Karo dan Kasada.
Berbicara
tentang Asal-usul Desa Tosari tidak bisa lepas dari sejarah/legenda
Tengger, karena memang pada dasarnya Desa Tosari Kecamatan Tosari
Kabupaten Pasuruan berada di daerah Pegunungan Tengger. Pada zaman
dahulu ada sebuah hutan yang ada di Daerah Tengger, hutan tersebut
sangat lebat, kemudian ada di salah seorang pendatang yang bernama
Kiweryosari yang ingin membuka atau membabat hutan tersebut dengan
tujuan untuk dijadikan pemukiman dan tempat tinggal. Kemudian penduduk
daerah setempat mengetahui ada sebuah mata air (sungai) yang sangat
jernih, yang tentunya sungai tersebut sangat berguna bagi penduduk di
sekitarnya untuk pertanian.
Akhirnya dengan keadaan yang demikian, tempat itu oleh penduduk disebut dengan istilah “Tuyokoyo” yang artinya air yang dapat menghasilkan kekayaan, karena nama tersebut dirasa kurang sesuai kemudian dirubah menjadi “Tuyosari” yang maksudnya : Air yang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Kemudian nama “Tuyosari” diubah menjadi “Tosari”. Seperti yang dituturkan oleh salah satu warga Desa Tosari yaitu P.Subin Asmoro4:
“Pendatang
baru ning Tosari iku jenengi Kiweryosari babat alas lan didadekne
tempat tinggal gae anak cucu. Masyarakat nyebut Deso Tosari iku ambi
istilah TUYOKOYO yen dikelola bakal datangne duek. Jeneng Tuyokoyo
berubah dadi Tuyosari yen saiki di sebut Tosari” ( pendatang baru di
Desa Tosari tu bernama Kiweryosari yang membabat hutan untuk dijadikan
sebgai tempat tinggal anak cucu. Masyarakat menyebut Desa Tosari dengan
istilah Tuyokoyo atau kaya kan mata air dan apabila dikelola kan
menghasilkan uang. Nama Tuyokoyo berubah menjadi Tuyosari dan sekarang
disebut dengan Tosari)”.
Begitulah sejarah ringkas asal mula nama Desa Tosari. Desa Tosari
merupakan salah satu Desa tertua dari 8 desa yang ada di Kecamatan
Tosari. Bukti kuat yang menjadi sumber bahwa Desa Tosari adalah Desa
tertua adalah adanya Jimat Klontongan yang berisi baju Antakusuma yang disimpan oleh Dukun di Desa Tosari. Jimat Klontongan
ini mempunyai nilai yang sangat bermakna bagi Suku Tengger sehingga
tidak boleh sembarangan disimpan oleh warga biasa. Jimat Klontogan ini
merupakan salah satu warisan nenek moyang Tengger. Seperti yang
dikatakan oleh Bapak Subin5 :
“Deso Tosari iku Deso sing paling tua diantara deso-deso lain sing ana ning Kecamatan Tosari, buktine yaiku jimat klontongan sing disimpan oleh Dukun Tengger sing ana ning Desa Tosari, jimat klontingan
iku isine klambine Antakusuma ( Desa Tosari merupakan Desa tertua
diantara desa-desa lainnya yang berda di Kecamatan Tosari, buktinya
yaitu jimat klontongan yang disimpan oleh Dukun Ten gger yang ada di Desa Tosari, jimat klontongan itu berisi baju Antakusuma)”.
Bukti lain bahwa Desa Tosari adalah Desa tertua yang ada di Kecamatan Tosari adalah perayaan Karo yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali dan Desa Tosari dijadikan sebagai tuan rumah dalam pelaksaan perayaan Karo
tersebut. Pada tahun 2010 diemukan bahwa perayaan Karo sudah
dilaksanakan 1181x. itu artinya Desa Tosari berdiri sejak lama. Seperti
yang diungkapkan oleh Mbah Siddiq6:
”Desa
Tosari itu Desa tertua dari delapan desa yang ada di Kecamatan Tosari.
Bukti bahwa Desa Tosari adalah desa tertua yaitu setiap perayaan Karo Desa Tosari selalu menjadi tuan rumah. Dan pada tahun 2010 ditemukan bahwasanya Karo sudah dilaksanakan 1181x. itu artinya Desa Tosari sudah berdiri sejak lama dan dihuni oleh nenek moyang Suku Tengger”.
Seiring
dengan perkembangan zaman dan perkembangan penduduk Desa Tosari yang
semula dihuni oleh beberapa orang, semakain hari semakin bertambah
penghuninya dan akhirnya terbentuklah suatu kemunitas/masyarakat,
sehingga muncul ide-ide bahwa dengan semakin banyaknya masyarakat perlu
adanya pemimpin (Kepolo) atau pengurus (Pemerintahan) yang bisa mengatur
dan mengendalikan masyarakat tersebut agar dapat mencapai kehidupan
yang layak dan aman.
Tokoh-Tokoh yang pernah menjabat sebagai Pimpinan/Kepala Desa adalah sebagai berikut :
1. Bapak Brahim menjabat pada tahun 1920 s/d 1924
2. Bapak Kerto Sastro Pani menjabat pada tahun 1925 s/d 1927
3. Bapak Joyodiwiryo menjabat pada tahun 1928 s/d 1932
4. Bapak Kadar menjabat pada tahun 1933 s/d 1934
5. Bapak Prastowo menjabat pada tahun 1935 s/d 1940
6. Bapak Pingik menjabat pada tahun 1941 s/d 1942
7. Bapak Katarik menjabat pada tahun 1943 s/d 1944
8. Dijabat oleh Sekretaris Desa (Carik)………….. pada tahun 1945 s/d 1949.
9. Bapak Katarik diangkat kembali pada tahun 1950 s/d 1975
10. Bapak Sugiharto menjabat pada tahun 1976 s/d 1979
11. Bapak Marsikan Atmorejo menjabat pada tahun 1980 s/d 1999
12. Bapak Achmad Subur S.H menjabat pada tahun 2000 s/d 2003
13. Bapak H. Iskandar menjabat pada tahun 2004 s/d Sekarang.
Pemimpin Suku Tengger ada dua, yaitu pemimpin formal dan pemimpin
informal. Pemimpin formal yaitu Kepala Desa yang memimpin pemerintahan
Desa, dan pemimpin informal yaitu Kepala Adat (Dukun Tengger). Pada
zaman dahulu petinggi yang menjadi pemimpin disebut dengan “ Kie” dan setelah masuknya Belanda di Tosari nama pemimpin berubah menjadi “Aris”. Dan sekarang Kepala Desa di panggil dengan sebutan “Bapak Inggih”. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Subin Asmoro7:
“Sakdurunge zaman Londo, namane petinggi iku “Kie” lan sakwise Belanda berubah dadi “Aris”. Jenenge “Kie”
iku njupuk saka jenenge Kieweryosari pendatang pertama ning Deso
Tosari”( sebelum zaman Belanda nama petinggi dipanggil dengan sebutan
“Kie” dan setelah masuknya Belanda berubah menjadi “Aris”. Nama “Kie”
mengambil dari nama Kiweryosari pendatang pertama di Desa Tosari).”
Jadi
nama petinggi pada zaman dahulu mengambil dari nama Kiweryosari yaitu
pendatang pertama di Desa Tosari. Seiring dengan perkembangan zaman
nama-nama petinggi berubah.
Gambaran umum Desa Tosari
Desa Tosari terletak kurang lebih sekitar 1.800. km dari permukaan air laut dengan suhu kurang lebih 18 c dengan curah hujan rata-rata 2.200 mm/th, sedangkan jarak yang harus ditempuh dari Kabupaten Pasuruan adalah 50 Km dengan jalan yang beliku-liku dan bekelok-kelok.
Luas wilayah Desa Tosari.
Secara administratif Desa Tosari mempunyai Luas Wilayah Kurang lebih : 486,378 Ha, yang terdiri dari :
- Tanah Sawah dan Ladang : 414.603 Ha;
- Pemukiman / Perumahan : 40.227 Ha;
- Lain-lain (Hutan,sungai,Kuburan/makam,jalan) : 31.548 Ha.
Sedangkan Wilayah Desa Tosari dibagi dalam 6 (enam) Dusun yaitu :
- Dusun Wonomerto;- Dusun Ledoksari ;
- Dusun Tosari ;- Dusun Tlogosari ;
- Dusun Kertoanom dan- Dusun Wonopolo.
Dengan batas-batas Wilayah Desa adalah :
- Sebelah Utara : Desa Baledono Kecamatan Tosari ;
- Sebelah Timur : Desa Wonokitri Kecamatan Tosari ;
- Sebelah Selatan : Desa Podokoyo Kecamatan Tosari ;
- Sebelah Barat : Desa Ngadiwono Kecamatan Tosari .
Sejarah Ringkas Terbentuknya Masyarakat Pertanian
Mayoritas
masyarakat Tengger di desa Tosari berprofesi sebagai petani, awal mula
terbentuknya masyarakat pertanian disini adalah ketika Belanda masuk di
Desa Tosari pada tahun 1785 dimana orang-orang belanda tersebut makanan
pokoknya adalah kentang gubis, dan sayur-mayur, wortel. Akan tetapi
penduudk di Desa Tosari masih menanam umbi-umbian untuk makanan pokok
mereka. Belandapun membawa bibit kentang dan sayur mayur dari negeri
Belanda dan mengajarkan kepada penduduk Tosari untuk menanam kentang dan
sayur mayur.
Ketika
Belanda masuk di Desa Tosari, Belanda membangun hotel-hotel untuk
dijadikan sebagai penginapan ketika ada wisatawan. Dan kemudian Belanda
membawa pekerja-pekerja dari luar, dari sinilah pendatang-pendatang baru
datang dan tinggal di Desa Tosari. Suku Tunggur mulai bercampur dengan
orang-orang luar suku mereka. Akan tetapi Suku Tengger tetap mau
menerima orang-orang luar suku mereka dan hidup dengan rukun.
Pendatang-pendatang
baru tersebut menganut agama serta kepercayaan yang berbeda dengan yang
dianut dan dipercayai oleh Suku Tengger, akan tetapi mereka selalu
saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Meskipun
pendatang-pendatang baru memiliki kepercayaan dan agama yang berbeda
dengan Suku Tengger, akan tetapi mereka di anggap sebagai bagian dari
Suku Tengger yang harus melaksanakan adat-istiadat serta kebudayaan
Tengger. Di Desa Tosari terdapat 3 agama yang berbeda, yaitu agama
hindu, islam, kristen. Bagi yang mempercayai adat-istiadat Tengger,
mereka wajib untuk melaksanakan budaya-budaya Tengger yaitu Karo dan Kasada yang diperingati setiap tahun.
Hubungan
antara sejarah Desa Tosari dengan terbentuknya masyarakat pertanian
sangat erta sekali kaitannya. Desa tosari pada zaman dahulu adalah hutan
lebat yang kemudian dibabat lalu
dijadikan sebagai pemukiman. Desa Tosari adalah desa yang kaya akan
mata air sehingga tanahnya subur dan bagus untuk dioleh dan dijadikan
sebagai tempat mencari penghasilan.
Bagitulah sejarah ringkas asal mula Desa Tosari dan terbentuknya
masyarakat pertanian, yang kesemuanya itu saling berhubungan erat
kaitannya.
PENUTUP
Desa
Tosari mayoritas dihuni oleh masyarakat asli Suku Tengger, namun
terdapat pula pendatang yang tinggal di Desa Tosari. Suku Tengger
tergolong unik, karena masih kental adat-istiadat dan kebudayaannya.
Suku Tengger termasuk terbuka terhadap masyarakat diluar sukunya,
sebagai bukti adalah pendatang-pandatang baru yang tinggal di Desa
Tosari, meskipun mereka bukan penduduk asli Desa Tosari dan bukan
masyarakat asli Suku Tengger, namun mereka bisa hidup rukun dan damai
tanpa ada konflik di antara mereka.
Pendatang baru umunya menganut agama dan kepercayaan yang berbeda, akan
tetapi antara Suku Tegger dengan pendatang-pendatang baru saling
menghormati dan menghargai satu sama lain. Meskipun berbeda agama dan
kapercayaan, pendatang-pendatang baru tersebut sudah di anggap sebagai
bagian dari Suku Tengger, sehingga mereka harus mengikuti adat-istiadat
dan kebudayaan Suku Tengger. Kebudayaan Suku Tengger diantaranya adalah
kebudayaan Karo dan Kasada, dan diperingati setiap satu tahun sekali.
Pada tahun 2010 ditemukan bahwa Karo
sudah diperingati 1181x, itu artinya Desa Tosari sudah berdiri sejak
lama. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya prasasti dengan
tulisan bahwa di Desa Walandit dipenanja’an Gunung Bromo sudah dihuni
oleh masyarakat yang disebut dengan hulun-hulu ning hyang yang
artinya adalah masyarakat yang taat dan patuh pada Sang Hyang dan Raja,
sehingga dibebaskan dari pajak denagn tugas selalu mendoakan
keselamatan kerajaan. Masyarakt tersebut masih lugu sehingga disebut
dengan masyarakat hola-hola.
Desa Tosari dulunya adalah hutan lebat, lalu Kiweryosari yang merupakan pendatang pertama melakukan babat alas
dan menjadikannya sebagai pemukiman untuk dirinya dan anak cucunya.
Desa Tosari disebut dengan julukan TUYOKOYO atau artinya adalah kaya
mata air dan apabila dikelola akan menghasilkan uang. Masyarakatpun
mengelolanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sehingga sejarah Desa Tosari berhubungan erat dengan terbentuknya masyarakat pertanian Suku Tengger.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian, Gajah Mada University Pers, Jogjakarta, 1999
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Jawa Tengah, CV Dwi Jaya Karya, Jakarta, 1994
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Jawa Barat, CV Dwi Jaya Karya, Jakarta, 1994
Idrus, Muhammad. Metode Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif Edisi Kedua, Erlangga, 2009
Departemen Pendidikan Nasional, Budaya Masyarakat Suku Bangsa Minangkabau Di Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat, PD SYUKRI, Sumatera BARAT, 2000
1 Mbah Siddiq selaku sesepuh Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 3 maret 2012 pukul 11.00 dikediaman Mbah Siddiq di Desa Tosari
2 Mbah Siddiq selaku sesepuh Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 3 maret 2012 pukul 11.00 dikediaman Mbah Siddiq di Desa Tosari
3Panca Lima Duwur Witutur merupakan pedoman hidup Suku Tengger yang wajib untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
4 Bapak Subin salah satu warga Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 1 maret 2012 pukul 19.00 dikediaman P.Subin Asmoro di Desa Tosari
5 Bapak Subin salah satu warga Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 1 maret 2012 pukul 19.00 dikediaman P.Subin Asmoro di Desa Tosari
6 Mbah Siddiq selaku sesepuh Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 3 maret 2012 pukul 11.00 dikediaman Mbah Siddiq di Desa Tosari
7 Bapak Subin salah satu warga Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 1 maret 2012 pukul 19.00 dikediaman P.Subin Asmoro di Desa Tosari
jadi kangen masa2 itu, masa2 kumpul sama sahabat2 sosiologi pertanian
ReplyDelete