Sunday 12 October 2014

PERTUKARAN SOSIAL PETANI DENGAN TENGKULAK DI SRAGI LOR (SUMBER-ARUM) SONGGON BANYUWANGI




RELASI PETANI GUREM DENGAN TENGKULAK SEBAGAI PERTUKARAN SOSIAL BAGI PETANI DI BANYUWANGI
(THE RELATIONSHIP OF SMALL FARMERS AND MIDDLEMAN AS A SOCIAL EXCHANGE FOR FARMERS IN BANYUWANGI)
Penulis (Isna Ainun Nashikha), Review (Prof.Dr.Hary Yuswadi, MA)
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37
, Jember 68121
E-mail:
DPU@unej.ac.id
Abstract

Indonesia is an agricultural country, where the majority of the people work as farmers. The typology of farmers include rich farmers who have a very large land area of more than one acre, poor farmers who are small farmers who have only half to one acre of land, and farm workers who do not have farm land, and small farmers who have land lower than 0.5 ha and a part of them have an extremely limited capital. In their efforts to sell the farming yields, many farmers depend on tengkulak (middlemen), in terms of marketing to capital access. Middlemen play dual roles as intermediaries who buy the produces from farmers and creditors who lend money to farmers who need capital. The purpose of this research was to identify, describe, and analyze the relationship of farmers with middlemen as a social exchange. The research was conducted in Sumber Arum village, District of Songgon, Banyuwangi Regency. The research used qualitative approach, and determination of informants applied purposive technique. The analysis to explain the phenomenon used Homans’ social exchange theory. The research results showed the existence of relation between small farmers and middlemen, which is sociologically identical to the social exchange relationship, where both parties have mutual benefits. The relation itself is because of economic factors such as loan for capital and social factors such as trust relationship, the existing habit because of experience. The significance of exchange for middlemen is the availability of rice deposited by farmers, interests on loans, rebates, and tare calculation. Meanwhile, for farmers, the meaning of exchange is the facilitation in marketing, ease of capital gain as well as convenience to gain debts.



Keywords: social exchange, small farmers, middlemen



Pendahuluan
Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyakya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1997:11). Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupanya sehari-hari. Selain merupakan usaha, bagi petani pertanian sudah merupakan bagian dari hidupnya bahkan suatu cara hidup “way of life”, sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek-aspek sosial dan kebudayaan, aspek keprcayaan dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi semuanya memegang peranan penting dalam tindakan-tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani.
Lahan pertanian merupakan faktor determinan bagi petani, selain itu, faktor yang kedua adalah pasar sebagai sarana transaksi. Lahan pertanian bagi petani sangat penting karena lahan pertanian untuk melakukan kegiatan produksi. Tanah (khususnya lahan pertanian) dalam pelbagai karakteristiknya juga merupakan faktor determinan terhadap karakteristik sistem ekonomi masyarakat desa. Tanah mempunyai arti yang sangat penting bagi petani, pola pemilikan dan penguasaan lahan pertanian dan pengaruhnya terhadap struktur sosial, tata dan pola-pola pembagian serta penggunaan tanah, luas sempitnya pemilikan dan penguasaan tanah serta pengaruhnya terhadap struktur maupun dinamika masyarakatnya.
Masyarakat tani dalam upayanya memasarkan hasil produksi pertanian bergantung pada pasar. Pasar secara umum diartikan sebagai media terjadinya transaksi jual beli pelbagai barang, adalah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi sistem ekonomi/pertanian. Bagaimana pentingnya pasar dalam kehidupan masyarakat desa digambarkan oleh Eric R. Wolf (dalam Raharjo, 1999:154) “sebuah pasar menghubungkan sejumlah komunitas yang letaknya terpencar bagaikan dalam lingkaran dengan pasar itu sebagai titik pusat, bagaikan planet-planet dalam tata surya dengan matahari sebagai pusatnya. Komunitas-komunitas itu masing-masing mungkin mempunyai spesialisasi ekonominya sendiri. Biasanya mata pencaharian pokok mayoritas komunitas-komunitas itu adalah bercocok tanam dalam salah satu bentuknya, sedangkan dalam spesialisasi ekonominya dilakukan secara sambilan oleh orang-orang yang bertani, yang juga membuat periuk, menenun kain, membuat genteng. Dalam kenyataannya beberapa komunitas mungkin mengkhususkan diri hampir sepenuhnya pada pembuatan produk pertukangan tertentu yang siap pakai. Secara periodik, orang-orang dari pelbagai komunitas itu bertemu dipasar dan tukar menukar hasil kerja mereka. Meskipun komunitas-komunitas itu nerupakan kelompok-kelompok tersendiri diluar pasar, di dalam jaringan pertukaran itu tiap komunitas merupakan satu bagian dan tindakan pertukaran menghubungkan tiap bagian dengan bagian lainnya.
Desa Sumber-Arum merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi. Mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani dan menggantungkan hidunya disektor pertanian. Petani dapat merasakan hasil panen dua kali dalam satu tahun, hal tersebut berdampak pada keuangan yang dimiliki. Sedangkan modal sangat dibutuhkan dalam proses kegiatan produksi, selain itu uang juga dibutuhkan untuk menghidupi keluarga serta pendidikan anak-anaknya. Umumnya biaya produksi tersebut berupa pembelian bibit unggul, pupuk, dan obat-obatan, yang kesemuanya itu dirasa mahal oleh sebagian petani khususnya petani kecil. Dari aspek pemasaran dan permodalan, para petani sering mengalami keterbatasan modal dan terhambatnya akses pemasaran. Hal ini menimbulkan ketergantungan petani terhadap tengkulak,  tengkulak memiliki modal untuk memenuhi  keperluan yang dibutuhkan oleh petani kecil. Para petani meminjam modal pada tengkulak dengan konsekuensi ketika panen harus menjual padinya tersebut sesuai dengan harga yang di tetapkan oleh tengkulak.
Relasi yang terjadi antara petani dengan tengkulak adalah hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Tengkulak diuntungkan dengan adanya petani yang menjual hasil padinya dengan persyaratan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, dan petani diuntungkan dengan adanya peran tengkulak yang membantu petani untuk memasarkan hasil panennya. Peran tengkulak selain memasarkan hasil panen petani, tengkulak juga berperan sebagai pihak yang meminjamkan modal pada petani. Dengan adanya modal tersebut maka terjalinlah suatu hubungan sosial ekonomi atau ikatan diantara mereka.
Berdasarkan fenomena tersebut maka penelitian ini diangkat permasalahan dengan rumusan masalah “relasi petani gurem dengan tengkulak sebagai pertukaran sosial bagi petani”. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah pengetahuan tentang relasi yang terjalin antara petani gurem dengan tengkulak, serta apa saja yang menyebabkan munculnya relasi tersebut dan bagaimana makna pertukaran bagi petani gurem maupun bagi tengkulak. Oleh sebab itu penelitian ini ingin mengkaji bagaimana relasi petani gurem dan tengkulak di Desa Sumber-Arum, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi.
Tinjauan Pustaka
Teori Pertukaran Sosial Homans
Teori Pertukaran Sosial menurut Homans (dalam Irving, 1995:96) “setiap orang mempunyai harga diri jika anda memberikan keuntungan terhadap orang lain maka orang lain juga akan memberikan keuntungan buat anda”. Tindakan perilaku sosial yang dimaksud oleh Homans adalah tindakan yang berkenaan dengan suatu kemauan yang mengakibatkan adanya ganjaran dan hukuman yang disebabkan oleh lingkungan bukan manusia tidak dianggap sebagai suatu perilaku sosial. Jika seseorang bertindak dengan cara tertentu terhadap orang lain, maka ganjaran dan hukuman itu harus datang dari pihak yang kedua, baik yang bersifat individual atau yang bersifat organisasi.
Akhirnya permasalahan yang pokok menurut Homans adalah perilaku yang bersifat aktual, yakni interaksi antar manusia dan bukan antar norma-norma  atau hukum-hukum yang diterapkan didalam kondisi mereka. Oleh karenanya individu-individu yang berinteraksi secar langsung dengan yang lain ia disebut dengan perilaku sosial.
Menurut Homans (dalam Bernard, 2007:172), dalam mengembangkan teori pertukaran terdapat beberapa proposisi untuk menjelaskan tingkah-laku sosial yang paling mendasar. Menurutnya, tingkah-laku sosial yang paling mendasar dapat dijelaskan dengan beberapa proposisi dari pertukaran sosial. Adapun proposisi-proposisi dari Homans adalah sebagai berikut:
1.Proposisi Sukses
2. Proposisi Rangsangan atau Stimulus
3.Proposisi Nilai
4. Proposisi Kejenuhan
5.Proposisi Persetujuan atau Agresi
Konsep Petani, Petani Gurem
Menurut (Raharjo, 1999:63) Masyarakat petani secara umum sering di pahami sebagai suatu karegori sosial yang seragam dan bersifat umum. Artinya, sering tidak didasari adanya diferensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam pelbagai aspek yang terkandung dalam komunitas petani ini. Tipologi petani meliputi petani kaya yang memiliki luas lahan yang sangat besar yaitu lebih dari satu hektar, petani miskin adalah petani kecil yang hanya memiliki lahan setengah sampai satu hektar, dan buruh tani yaitu petani yang tidak memiliki lahan pertanian, sedangkan petani gurem merupakan petani yang memiliki lahan di bawah 0,5ha dan sebagian memilik modal sangat terbatas.
Konsep Tengkulak
Menurut Febri (dalam kamus besar bahasa Indonesia, 1996), tengkulak diartikan sebagai pedagang perantara (yang membeli hasil bumi dan sebagainya dari petani atau pemilik pertama).Dalam membeli hasil pertanian, tengkulak membelinya dengan cara:
a.Sistem Tebasan
Menurut (Rahardjo, 1999:145) tebasan adalah suatu bentuk transaksi pengalihan hak-guna, dalam mana tanaman yang telah siap panen dijual kepada pihak lain. Transaksi tebasan adalah sebuah jenis transaksi jual beli yang terjadi antara tengkulak dengan petani yang dilakukan dengan sistem borongan. 
b.Sistem Ijon
Menurut (Rahardjo, 1999:145) ijon berasal dari bahasa jawa yaitu ijo=hijau adalah suatu bentuk transaksi, dalam mana pemilik tanaman menjual tanamannya kepada pihak lain tatkala tanaman itu jauh dari usia panen (awal proses pembuahan).
Modal Dalam Produksi Pertanian
Setelah tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian, dalam arti sumbangannya pada nilai produksi. Peranan modal dalam pertanian juga erat hubungannya dengan kredit. Modal merupakan salah satu faktor produksi dalam pertanian disamping tanah, tenaga kerja, dan pengusaha. Sedangkan kredit tidak lain dari pada suatu alat untuk membantu menciptakan modal itu. Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau peminjaman dari luar, dan moal yang berasal dari luar usahatan ini biasanya merupakan kredit. Dalam arti aslinya kredit adalah suatu bentuk transaksi antara dua pihak, dimana yang pertama disebut kreditor menyediakan sumber-sumber ekonomi berupa barang, jasa, atau uang dengan janji bahwa pihak kedua (debitor) akan membayar kembali pada waktu yang telah di tentukan.
Mengenai masalah modal dalam produksi pertanian tidak bisa lepas dari pada pembicaraan mengenai masalah kredit, karena kredit tidak lain daripada modal pertanian yang diperoleh dari peminjaman. Bahwa soal kredit dalam pertanian sangat penting tidak dapat diragukan lagi. Hal ini berlaku untuk semua negara baik yang pertaniannya sudah sangat maju maupun yang masih terbelakang. Namun begitu, bagi pertanian di negara yang masih miskin dan belum maju nampaknya peranan kredit lebih menonjol lagi. Pentingnya peranan kredit disebabkan oleh kenyataan bahwa secara relatif memang modal merupakan faktor produksi non-alami(bikinan manusia) yang persediaannya masih sangat terbatas terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Lebih-lebih karena kemungkinan yang sangat kecil untuk memperluas tanah pertanian. Disamping itu persediaan tenaga kerja yang melimpah, diperkirakan bahwa cara yang paling mudah dan palig tepat untuk memajukan pertanian adalah dnegan penggunaan bibit unggul baru, obat pemberantasan hama dan penyakit, penggunaan pupuk yang berlebihan serta investasi dibidang pengairan, dan lain-lain metode yang membutuhkan modal yang lebih besar.
Metode Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan peneliti menggunaakan teknik kualitatif. Desain penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana pertukaran sosial yang terjadi pada petani gurem dan tengkulak. Dengan lokasi penelitian di Desa Sumber-Arum Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi Peneliti menggunakan purposive sampling dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Informan pokok penelitian merupakan petani gurem yang memiliki ikatan kontrak dengan tengkulak akibat adanya peminjaman modal. Sedangkan informan sekunder merupakan petani yang berlangganan dengan tengkulak akan tetapi tidak memiliki ikatan kontrak karena modal. Pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam, dan dokumentasi. Dalam proses keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dalam analisis data, dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif. Kemudian data yang diperoleh di kaitkan dengan teori pertukaran sosial Homans.
Gambaran Relasi Petani Dengan Tengkulak di Desa Sumber-Arum Kecamatan Songgon
Prosedur Bagi Petani Gurem
Petani gurem merupakan petani kecil yang memiliki lahan sawah sempit sehingga hasil produksi pertaniannya hanya bisa digunakan untuk kebutuhan makan saja, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka petani gurem harus mencari penghasilan tambahan. Karena saat ini biaya hidup sangat mahal, terutama biaya pendidikan serta kesehatan. Meskipun rata-rata petani berpendidikan rendah akan tetapi mereka juga ingin anaknya bisa sekolah tinggi sehingga kelak dapat bekerja dengan baik dan sukses, tidak sama dengan orang tua mereka yang bekerja sebagai petani atau buruh tani dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian.
Untuk memperoleh penghasilan tambahan, petani gurem bekerja sebagai buruh, entah sebagai buruh di perkebunan yang umumnya pekerjaannya mencangkul, atau menjadi buruh pada petani kelas atas atau petani kaya. Namun terkadang upah yang didapat oleh petani gurem dari hasil jerih payahnya sebagai buruh tidak sebanding dengan keringat yang dikeluarkan. Sehingga petani gurem sangat terjerat oleh kemiskinan, apalagi obat-obatan pertanian, pupuk, serta bibit yang dirasa petani sangat mahal. Mau tidak mau hal tersebut membuat petani untuk melakukan suatu tindakan berupa peminjaman modal uang kepada tengkulak. Selain itu, bagi petani gurem berbeda dengan petani kaya yang tidak dibatasi meminjam uang kepada tengkulak. Petani gurem hanya bisa meminjam uang secara terbatas, karena tengkulak meminjamkan modal uang pada petani sesuai dengan luas lahan yang dimilki serta target hasil panen. Jadi meskipun petani gurem terbantu dengan adanya tengkulak yang meminjamkan uang kepadanya, namun jumlah yang dipinjamkan dibatasi sesuai dengan target hasil panen atau luas lahan yang dimiliki. Hal tersebut mengharuskan petani gurem untuk tetap semangat mencari penghasilan tambahan dan tidak hanya berpangku tangan mengandalkan hasil panen serta meminjam uang pada tengkulak. Uang yang dipinjamkan oleh tengkulak kepada petani rata-rata dibawah satu juta rupiah, paling besar jumlah uang yang dipinjamkan yaitu tiga juta rupiah itupun harus petani yag benar-benar dipercaya oleh tengkulak.
Prosedur Bagi Petani Kaya
Berbeda halnya dengan petani kecil atau petani gurem ketika meminjam uang dibatasi, petani kaya meminjam uang tidak dibatasi karena tengkulak percaya bahwa petani kaya dapat melunasi hutangnya dengan hasil panen yang banyak dari luas lahannya tersebut. Berbeda dengan petani gurem yang meminjam modal uang pada tengkulak untuk biaya tanam dan kebutuhan sehari-hari, sebagian petani kaya meminjam modal uang pada tengkulak untuk memenuhi kebutuhan komersil, seperti membeli sawah, dll.
Prosedur Tengkulak Cina
Tengkulak memiliki relasi dengan petani dengan cara meminjamkan modal dan petani untuk menyetor padinya ke gudang tengkulak tersebut dengan perjanjian yang telah desepakati oleh kedua belah pihak. Namun persyaratan serta perjanjian antara tengkulak cina dengan tengkulak pribumi berbeda, kalau tengkulak cina lebih di tekankan pada bunga besar setiap bulannya dari jumlah uang yang di pinjamkan. Perhitungannya adalah misalnya petani gurem meminjam uang senilai Rp.1.000.000,- maka petani gurem harus membayar bunga lima persen setiap bulannya yaitu 5%xRp.1.000.000= Rp.50.000,-/bulan x 4 bulan masa pinjaman=Rp.200.000,- yang harus di bayar ketika panen. Jadi total uang yang harus di bayar oleh petani gurem terhadap tengkulak adalah Rp.1.000.000+200.000=Rp.1.200.000,- .
Prosedur Tengkulak Pribumi
Tengkulak pribumi berbeda dengan tengkulak cina yang memberikan pinjaman uang dengan bunga yang besar setiap bulannya, tengkulak pribumi meminjamkan uang pada petani dengan syarat petani harus menyetor padinya pada tengkulak tersebut dan tidak ada bunga, tetapi dipotong lima ribu rupiah perkarungnya atau ada juga yang dipotong seratus rupiah perkilonya. Contoh perhitungannya adalah, misalkan petani meminjam uang Rp.1.000.000,- sedangkan petani gurem mendapatkan hasil panen padi sebanyak 13kwintal maka di kurangi potongan harga Rp.5.000,-/kwintalnya x 13 kwintal= Rp.65.000,-. Maka uang yang harus dibayar oleh petani gurem pada tengkulak adalah Rp.1.065.000,-. Tentu hal tersebut berbeda dengan tengkulak cina yang memberikan bunga lebih besar.
Penyebab Munculnya Relasi Antara Petani Gurem Dengan Tengkulak
Modal Tanam Dan Konsumtif
Modal merupakan salah satu faktor produksi dalam pertanian disamping tanah, tenaga kerja, dan pengusaha. Peranan modal dalam pertanian juga erat hubungannya dengan kredit. Sedangkan kredit tidak lain dari pada suatu alat untuk membantu menciptakan modal itu. Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau peminjaman dari luar, dan modal yang berasal dari luar usahatani ini biasanya merupakan kredit. Dalam arti aslinya kredit adalah suatu bentuk transaksi antara dua pihak, dimana yang pertama disebut kreditor menyediakan sumber-sumber ekonomi berupa barang, jasa, atau uang dengan janji bahwa pihak kedua (debitor) akan membayar kembali pada waktu yang telah di tentukan (Mubyarto, 1977:93).
Bagi petani modal sangat penting karena dengan adanya modal maka petani dapat melakukan penggarapan sawah, juga untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Menggantungkan pada hasil panen tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sehingga mereka harus mencari penghasilan tambahan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Terkadang penghasilan tambahan masih saja tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan yang lain-lain, maka alternatifnya mereka meminjam uang pada tengkulak yang mau meminjamkan uang pada mereka dengan syarat petani harus menyetor padinya ketika panen dan memenuhi syarat yang te    lah diberikan oleh tengkulak kepada petani. Petani meminjam uang kepada tengkulak untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena penghasilan panen serta penghasilan tambahan tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Alasan petani gurem melakukan relasi dengan tengkulak karena telah meminjam uang/modal sebelum panen untuk biaya tanam atau kebutuhan konsumtif lainnya, dan ketika panen para petani diharuskan untuk menyetor gabahnya tersebut pada tengkulak dengan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Perjanjiannya tersebut berupa potongan harga, atau bunga setiap bulannya. Berdasarkan teori pertukaran sosial Homans (dalam Bernard, 2007:172) kebiasaan petani meminjam uang pada tengkulak termasuk dalam “proposisi sukses” yang menyatakan bahwa “semakin sering tindakan seseorang dihargai atau mendapat ganjaran maka semakin besar kemungkinan orang tersebut melakukan tindakan yang sama”. Tindakan petani meminjam modal uang pada tengkulak karena keterbatasan modal yang ia miliki dan tengkulak merespon baik hal tersebut dengan kemudahan meminjam modal untuk penggarapan sawah atau untuk kebutuhan subsisten. Dengan adanya respon baik dari tengkulak, petani mengulangi tindakan yang sama ketika ia membutuhkan modal uang untuk biaya produksi serta biaya untuk kebutuhan subsisten. Tindakan petani tersebut diulangi karena tengkulak dengan mudah meminjamkan modal pada petani dengan proses pencairan cepat dan prosedur yang mudah. Berdasarkan uraian diatas dapat dikategorikan relasi petani gurem dengan tengkulak sebagai hubungan pertukaran sosial antara bagi mereka, dan relasi tersebut merupakan suatu hubungan yang saling menguntungkan masing-masing pihak. Petani diuntungkan dengan adanya tengkulak yang meminjamkan uang kepadanya dan tengkulak juga diuntungkan dengan adanya petani yang menyetor padinya pada tengkulak tersebut.
Hubungan Saling Percaya
Kepercayaan merupakan suatu reward yang diberikan kepada seseorang, akan tetapi apabila kepercayaan tesebut ternodai maka akan sangat sulit untuk mengembalikan kepercayaan semula. Dengan adanya kepercayaan maka seseorang akan menjalin suatu hubungan yang intens dan sama-sama saling menyamankan satu sama lain. Kepercayaan terbangun dengan adanya hubungan saling transparan, ketepatan apabila mempunyai janji,  dan konsisten. Konsistensi adalah kunci untuk menjaga kepercayaan serta janji adalah sesuatu yang memiliki dampak yang sangat kuat, dengan menepati janji maka seseorang akan menghargai dan menaruh kepercayaan yang tinggi. Seperti itulah yang dilakukan oleh tengkulak kepada petani agar petani memberikan kepercayaannya pada tengkulak dan menjalin relasi dengan tengkulak. Sebagian petani menyatakan bahwa sebenarnya ia bisa saja berpindah relasi dengan tengkulak lain, namun ia sudah cocok dengan tengkulak langganannya karena hubungan saling percaya dan kenyamanan. Oleh sebab itu sebagian petani enggan untuk berpindah relasi dengan tengkulak lain dikarenakan faktor kenyamanan dan hubungan saling percaya yang mereka jalin cukup lama
Kebiasaan Karena Pengalaman
Kebiasaan merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara terus-menerus dalam kurun waktu yang cukup lama. Kebiasaan biasanya terjadi karena adanya pengalaman terdahulu yang memberikan pelajaran pada seseorang. Kebiasaan juga bisa terjadi karena tidak adanya pilihan lain yang lebih baik. Hal ini mengakibatkan seseorang akan mengambil keputusan yang sama apabila menemui masalah yang sama dengan yang telah terjadi. Pengalaman yang dimiliki oleh petani akan mempengaruhi keberhasilan dari usaha tani yang dilakukan. Petani yang berpengalaman akan mengetahui bagaimana cara berusaha tani yang baik sehingga menghasilkan produk yang baik dan berkualitas. Selain itu, petani yang lebih berpengalaman akan mengetahui cara pemasaran produk yang dihasilkan agar memperoleh hasil yang maksimal. Kebanyakan petani gurem melakukan relasi dengan tengkulak karena mereka memiliki pengalaman terdahulu yang memberikan pelajaran serta pengetahuan bagi mereka kedepannya agar lebih baik lagi.
Berdasarkan teori pertukaran sosial milik Homans (dalam Bernard, 2007:172) petani melakukan relasi dengan tengkulak karena kebiasaan pengalaman termasuk dalam “proposisi rangsangan atau stimulus” yang berbunyi “apabila pada masa lampau ada satu stimulus atau sejumlah stimuli didalamnya tindakan seseorang mendapat ganjaran, maka semakin stimulus atau stimuli yang ada menyerupai stimulus atau stimuli pada masa lampau itu, semakin besar pula kemungkinan bahwa seseorang tersebut akan melakukan tindakan yang sama”. Pengalaman petani menjalin relasi dengan tengkulak sebagai cermin untuk melihat relasi tersebut berdampak positif atau negatif bagi petani. Ketika petani merasa relasinya dengan tengkulak berdampak negatif baginya, maka petani memutuskan relasinya dengan tengkulak tersebut lalu menjalin relasi dengan tengkulak baru yang menurutnya berdampak positif baginya. Sedangkan petani yang merasa relasinya dengan tengkulak berdampak positif maka petani tetap bertahan menjalin relasi dengan tengkulak tersebut dan enggan untuk berpindah relasi. Alasan petani enggan untuk berpindah relasi karena pengalaman yang menjadi kebiasaan bagi mereka.
Relasi Petani Gurem Dengan Tengkulak Sebagai Pertukaran Sosial
a.Makna Pertukaran Bagi Tengkulak
Potongan Harga
Tengkulak saling bersaing satu sama lain untuk mendapatkan klien yang lebih banyak agar mereka mendapatkan keuntungan yang besar. Terdapat dua sistem selain bunga, yaitu potongan harga dan perhitungan tara. Bagi petani gurem, mereka mencari relasi dengan tengkulak yang menurut mereka tidak terlalu membebani sehingga petani merasa tidak terpaksa/rugi dalam menjalankan relasi tersebut. Salah satu tengkulak menyatakan bahwa ia membeli padi dari petani yang tidak memiliki hutang seharga Rp.4100,-/kg dan bagi petani yang memiliki hutang ia membeli padinya dengan harga Rp.4000,-/kg. Contoh perhitungannya adalah petani gurem yang tidak memiliki hutang dan ia mendapatkan hasil panen 13 kwintal atau 1300kg, maka perhitungannya adalah 1300kg x Rp.4.100= Rp.5.330.000,-. Karena petani memiliki pinjaman uang pada tengkulak, maka padi petani dibeli dengan selisih harga lebih rendah yaitu potongan senilai Rp.100,-/kg. Maka perhitungannya adalah 1300kg x Rp.4.000=Rp.5.200.000,- jadi potongan harganya adalah Rp.130.000,-. Bagi para petani potongan harga jauh lebih baik dari pada bunga besar yang harus mereka bayar setiap bulannya. Tengkulak merasa hubungannya dengan petani saling menguntungkan, petani untung dengan adanya pinjaman modal uang dari tengkulak, dan tengkulak juga untung mendapatkan setoran padi dari petani serta keuntungan uang berupa hasil dari potongan harga padi perkilonya.
Bunga Perbulan Atas Pinjaman
Petani yang memiliki relasi dengan tengkulak harus menyetor padinya pada gudang tengkulak tersebut dengan bunga perbulannya sesuai dengan jumlah pinjaman. Bunga yang diberikan oleh tengkulak kepada petani setiap bulannya berbeda, tergantung kebijakan dari tengkulak tersebut. Salah satu petani menyatakan bahwa meskipun wajib menyetor padinya kepada tengkulak yang memiliki relasi dengannya, ia tetap merasa tidak dirugikan karena padinya di beli dengan harga umum dipasaran. Meskipun tengkulak memberikan bunga 3% perbulannya namun petani merasa tidak dirugikan oleh bunga tersebut, karena petani merasa tengkulak telah menolongnya dengan cara meminjamkan uang kepada petani dengan persyaratan yang menurutnya mudah dari pada harus meminjam pada pihak lain. Relasi yang terjadi antara petani gurem dengan tengkulak merupakan suatu hubungan yang saling mneguntungkan dan bersifat timbal balik.
Berdasarkan Teori Pertukaran Sosial menurut Homans (dalam Irving, 1995:96) “setiap orang mempunyai harga diri jika anda memberikan keuntungan terhadap orang lain maka orang lain juga akan memberikan keuntungan buat anda”. Dalam teori pertukaran sosial lebih menekankan pada tiga keseimbangan yang saling mempengaruhi dan saling dipertukarkan, yang pertama adalah ganjaran(reward) yaitu penghargaan yang diberikan oleh pihak kedua kepada pihak pertama yang telah berkorban untuknya, yang kedua adalah pengorbanan yaitu semua perbuatan yang dapat menimbulkan respon dari orang lain sehingga orang lain melakukan hal yang sama terhadap kita, yang ketiga adalah keuntungan yaitu berupa ganjaran yang diterima apakah sudah seimbang dengan pengeluaran yang kita lakukan. Tengkulak memberikan cost kepada petani berupa peminjaman modal/uang yang digunakan oleh petani untuk biaya penggarapan sawah serta untuk biaya konsumtif, sebagai ganjarannya petani memberikan gabahnya kepada tengkulak ketika petani panen sehingga tengkulak diuntungkan oleh petani dengan adanya padi yang disetor kepadanya, selain itu tengkulak juga mendapatkan keuntungan dengan adanya bunga perbulan yang dibayar oleh petani ketika panen.

Perhitungan Tara
Selain bunga, dan potongan harga, terdapat sistem lain yang diberikan oleh tengkulak pada petani yang meminjam uang kepadanya yaitu perhitungan dengan sistem tara. Tara merupakan selisih antara bruto dan netto. Sedangkan bruto adalah berat kotor, dan netto adalah berat bersih. Tara menurut salah satu tengkulak“tara iku gabukan iku, Mbak, gabuke pari” (tara itu gabukannya padi itu, Mbak). Salah satu tengkulak menjelaskan bahwa perhitungan tara itu menghitung kadar air dari gabah dan gabukan gabah, kadar air standart perhitungannya memakai 5% sedangkan hampa(gabukan padi) itu memakai standart 25%. Untuk menghitung hampa(gabukan padi) menggunakan alat sejenis timbangan emas dimana bandulnya seberat 10gram lalu diletakkan pada salah satu sisi dan sisi yang lain diberi sampel padi dengan berat yang sama dengan bandul, lalu diseimbangkan. Setelah itu tengkulak memilah antara padi yang gabuk dengan padi yang mentes. Selisih antara padi yang gabuk dengan padi yang mentes itulah yang disebut dengan tara. Sedangkan untuk menghitung kadar air dari gabah, tengkulak menggunakan alat sejenis komputer yang dapat mendeteksi kadar air dari sampel gabah tersebut. Salah satu tengkulak menjelasakan perhitungan tara dengan sampel gabah Pak Haji Muflich salah satu petani di Desa Sumber-Arum. Pak Haji Muflich memiliki luas lahan 1 bao (0,75)ha, dengan memperoleh hasil panen padi sebanyak 4663kg berat kotor lalu di kurangi kawol/jerami sebagai penutup padi ketika di pak yaitu 84kg dan sisa berat bersihnya 4579kg lalu di hitung taranya berupa kadar air dan hampa/gabukan padi sebanyak 10% karena ketika di timbang hampanya ada 10% dikurangi standart yang digunakan oleh pabrik yaitu 5% sama dengan 5% (hampa). Sedangkan kadar air setelah di ukur ada 30% dikurangi standart yang di gunakan oleh pabrik 25% sama dengan 5%. Jadi hampa 5% di tambah dengan kadar air 5% sama dengan 10% berupa tara. Jadi gabah 4579kg di kurangi tara 10% yaitu 4121kg dikalikan dengan harga pasaran yang di beli oleh tengkulak yang mematok harga Rp.4100/kg kalau petani tidak mempunyai hutang, dan apabila petani memiliki hutang maka tengkulak mematok harga Rp.4000/kg. Karena Pak Haji Muflich memiliki bon/hutang kepada tengkulak untuk biaya produksi maka gabahnya di beli dengan harga Rp.4000/kgx4221kg=16.484.000,-.

b.Makna Pertukaran Bagi Petani
Kemudahan Mendapat Modal Tanam
Modal sangat penting bagi kelangsungan usahatani, apabila petani tidak memiliki modal yang cukup untuk membiayai kelangsungan usaha taninya, maka petani meminjam uang atau modal pada tengkulak. Dan terkadang peminjaman tersebut mengalami kesulitan karena uang yang dipinjamkan tidak langsung cair. Berbeda halnya dengan petani yang sudah memiliki relasi dengan tengkulak, peminjaman uang bisa langsung mereka peroleh.
Kemudahan Mendapat Hutang
Selain untuk biaya penggarapan sawah, petani gurem yang memiliki modal terbatas sebagian mereka meminjam uang pada tengkulak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan makan, biaya pernikahan anak, biaya pendidikan sekolah anak, serta biaya untuk membeli hewan ternak dan penyewaan sawah untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Makna pertukaran bagi petani adalah dimana masing-masing pihak merasa diuntungkan. Petani diuntungkan dengan kemudahan mendapatkan hutang, tengkulak juga diuntungkan dengan adanya petani yang menjalin relasi dengannya. Sehingga relasi petani gurem dengan tengkulak sebagai pertukaran sosial diantara keduanya dianggap saling menguntungkan sehingga relasi tersebut dilakukan terus-menerus dan mengakibatkan ketergantungan satu sama lain.
Kemudahan Dalam Pemasaran
Tengkulak selain sebagai pihak kreditor yang meminjamkan modal uang pada petani, tengkulak juga berperan sebagai pihak perantara yang memasarkan hasil pertanian. Di Desa Sumber-Arum ketika petani memanen, maka tengkulak langganannya mendatangi dengan membawa truk yang digunakan untuk mengangkut gabah petani dari sawah ke gudang milik tengkulak. Para petani tidak memiliki kendaraan atau alat transportasi untuk mengangkut gabah mereka pada gudang, sehingga petani bergantung pada tengkulak. dengan demikian petani tidak perlu repot-repot untuk mencari transportasi guna mengangkut gabah mereka. Selain kemudahan transportasi, menjalin relasi dengan tengkulak bagi petani memudahkan dalam proses pemasaran, misalkan petani hanya mendapatkan hasil panen yang sedikit, tengkulak tetap mau mengambil gabah mereka dengan transportasi yang tengkulak miliki. Lalu yang ketiga, ketika petani gagal panen karena rusaknya padi/gabah, tengkulak yang sudah menjalin relasi dengan petani cukup lama, tidak menolak setoran gabah tersebut dan tetap mau membelinya. Kemudahan-kemudahan itulah yang membuat petani merasa cukup nyaman dalam menjalin relasi dengan tengkulak.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menghasilkan temuan tentang relasi petani gurem dengan tengkulak sebagai pertukaran sosial di wilayah pedesaan agraris. Relasi yang terjalin oleh petani gurem dengan tengkulak terjadi karena faktor ekonomi dan faktor sosial. Faktor ekonomi yaitu modal uang, modal sangat penting bagi petani khususnya petani gurem yang memiliki modal terbatas. Dengan adanya modal maka petani dapat melakukan kegiatan produksi pertanian. Sedangkan faktor sosial yaitu hubungan saling percaya dan kebiasaan karena pengalaman, hubungan saling percaya antara petani gurem dengan tengkulak terjadi karena relasi yang terjalin cukup lama, sehingga petani merasa nyaman dan enggan untuk berpindah relasi. Sebagian petani memiliki pengalaman menjalin relasi dengan tengkulak, dengan pengalaman itulah petani dapat menilai relasi yang mereka bangun selama ini pantas atau tidak untuk dilanjutkan.
Relasi antara petani gurem dengan tengkulak merupakan suatu bentuk pertukaran sosial diantara mereka. Makna pertukaran bagi tengkulak adalah adanya setor padi oleh petani, bunga atas pinjaman, potongan harga, serta perhitungan tara. Sedangkan makna pertukaran bagi petani adalah kemudahan dalam pemasarn, kemudahan mendapat modal, serta kemudahan mendapat hutang. Dengan demikian pertukaran sosial tersebut dianggap adil apabila masing-masing pihak tidak ada yang merasa dirugikan, petani dan tengkulak sama-sama merasa untung dan nyaman dalam menjalin relasi tersebut.
Ucapan Terimakasih
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal yang berjudul Pertukaran Sosial Petani Gurem Dan Tengkulak. Jurnal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (SI) pada Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Penyusunan jurnal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
  1. Prof.Dr.Hary Yuswadi, MA, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu dan perhatiannya dalam penyusunan jurnal ini;
  2. Dra. Elly Suhartini. M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang selama ini memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis;
  3. Raudlatul Jannah, S.Sos, M.Si serta Dra Elly Suhartini, M.Si, yang telah memberikan kritik dan sarannya kepada penulis;
  4. Drs. Akhmad Ganefo M.Si , selaku Ketua Program Studi Sosiologi yang selalu memberikan motivasi dan arahan kepada penulis;
  5. Dosen dan staf karyawan program Studi Sosiologi yang selama ini memberikan bimbingan bagi penulis;
  6. Bapak dan ibu serta kakak dan adikku tercinta. Terima kasih untuk doa, kasih sayang, kesabaran, dan dukungannya selama ini.
  7. Teman-teman Sosiologi khususnya angkatan 2009 yang selama ini memberikan semangat dan dukungan;
  8. Seluruh warga Desa Sumber-Arum, yang telah memberikan bantuan dan informasi kepada peneliti selama penelitian.
Daftar Pustaka
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES
Mustika, Febriani. 2012. Perilaku Ekonomi Tengkulak Dalam Proses Perdagangan Buah Mangga di Probolinggo. Jember: Universitas Jember
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka
Zeitlin, Irving M. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Kritik Terhadap Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Acuan Dari Internet
http://untukumat.wordpress.com/2012/03/03/klasifikasi-pengelompokan-penggolongan-petani/

1 comment:

  1. tengkulak tidak selamax bermakna negatif, kadang kala ia bagikan malaikan yang selalu membantu kesulitan petani

    ReplyDelete