RELASI PETANI GUREM DENGAN TENGKULAK SEBAGAI PERTUKARAN SOSIAL BAGI PETANI DI BANYUWANGI
(THE
RELATIONSHIP OF SMALL FARMERS AND MIDDLEMAN AS A SOCIAL EXCHANGE FOR FARMERS IN
BANYUWANGI)
Penulis (Isna
Ainun Nashikha), Review (Prof.Dr.Hary Yuswadi, MA)
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: DPU@unej.ac.id
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: DPU@unej.ac.id
Abstract
Indonesia
is an agricultural country, where the majority of the people work as farmers.
The typology of farmers include rich farmers who have a very large land area of
more than one acre, poor farmers who are small farmers who have only half to
one acre of land, and farm workers who do not have farm land, and small farmers
who have land lower than 0.5 ha and a part of them have an extremely limited
capital. In their efforts to sell the farming yields, many farmers depend on tengkulak
(middlemen), in terms of marketing to capital access. Middlemen play dual roles
as intermediaries who buy the produces from farmers and creditors who lend
money to farmers who need capital. The purpose of this research was to
identify, describe, and analyze the relationship of farmers with middlemen as a
social exchange. The research was conducted in Sumber Arum village, District of
Songgon, Banyuwangi Regency. The research used qualitative approach, and
determination of informants applied purposive technique. The analysis to
explain the phenomenon used Homans’ social exchange theory. The research
results showed the existence of relation between small farmers and middlemen,
which is sociologically identical to the social exchange relationship, where
both parties have mutual benefits. The relation itself is because of economic
factors such as loan for capital and social factors such as trust relationship,
the existing habit because of experience. The significance of exchange for
middlemen is the availability of rice deposited by farmers, interests on loans,
rebates, and tare calculation. Meanwhile, for farmers, the meaning of exchange
is the facilitation in marketing, ease of capital gain as well as convenience
to gain debts.
Keywords: social exchange, small
farmers, middlemen
Pendahuluan
Indonesia
merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari
keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyakya
penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau
produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1997:11). Banyak
persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung dengan
produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam
kehidupanya sehari-hari. Selain merupakan usaha, bagi petani pertanian sudah
merupakan bagian dari hidupnya bahkan suatu cara hidup “way of life”, sehingga
tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek-aspek sosial dan kebudayaan, aspek
keprcayaan dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi semuanya memegang peranan
penting dalam tindakan-tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi
pertanian berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima
oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
perilaku dan kehidupan petani.
Lahan
pertanian merupakan faktor determinan bagi petani, selain itu, faktor yang
kedua adalah pasar sebagai sarana transaksi. Lahan pertanian bagi petani sangat
penting karena lahan pertanian untuk melakukan kegiatan produksi. Tanah
(khususnya lahan pertanian) dalam pelbagai karakteristiknya juga merupakan
faktor determinan terhadap karakteristik sistem ekonomi masyarakat desa. Tanah
mempunyai arti yang sangat penting bagi petani, pola pemilikan dan penguasaan
lahan pertanian dan pengaruhnya terhadap struktur sosial, tata dan pola-pola
pembagian serta penggunaan tanah, luas sempitnya pemilikan dan penguasaan tanah
serta pengaruhnya terhadap struktur maupun dinamika masyarakatnya.
Masyarakat
tani dalam upayanya memasarkan hasil produksi pertanian bergantung pada pasar.
Pasar secara umum diartikan sebagai media terjadinya transaksi jual beli
pelbagai barang, adalah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi sistem
ekonomi/pertanian. Bagaimana pentingnya pasar dalam kehidupan masyarakat desa
digambarkan oleh Eric R. Wolf (dalam Raharjo, 1999:154) “sebuah pasar
menghubungkan sejumlah komunitas yang letaknya terpencar bagaikan dalam
lingkaran dengan pasar itu sebagai titik pusat, bagaikan planet-planet dalam
tata surya dengan matahari sebagai pusatnya. Komunitas-komunitas itu
masing-masing mungkin mempunyai spesialisasi ekonominya sendiri. Biasanya mata
pencaharian pokok mayoritas komunitas-komunitas itu adalah bercocok tanam dalam
salah satu bentuknya, sedangkan dalam spesialisasi ekonominya dilakukan secara
sambilan oleh orang-orang yang bertani, yang juga membuat periuk, menenun kain,
membuat genteng. Dalam kenyataannya beberapa komunitas mungkin mengkhususkan diri
hampir sepenuhnya pada pembuatan produk pertukangan tertentu yang siap pakai.
Secara periodik, orang-orang dari pelbagai komunitas itu bertemu dipasar dan
tukar menukar hasil kerja mereka. Meskipun komunitas-komunitas itu nerupakan
kelompok-kelompok tersendiri diluar pasar, di dalam jaringan pertukaran itu
tiap komunitas merupakan satu bagian dan tindakan pertukaran menghubungkan tiap
bagian dengan bagian lainnya.
Desa Sumber-Arum merupakan salah
satu desa yang berada di Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi. Mayoritas
penduduknya bermatapencaharian sebagai petani dan menggantungkan hidunya
disektor pertanian. Petani dapat merasakan hasil panen dua kali dalam satu
tahun, hal tersebut berdampak pada keuangan yang dimiliki. Sedangkan modal
sangat dibutuhkan dalam proses kegiatan produksi, selain itu uang juga
dibutuhkan untuk menghidupi keluarga serta pendidikan anak-anaknya. Umumnya
biaya produksi tersebut berupa pembelian bibit unggul, pupuk, dan obat-obatan,
yang kesemuanya itu dirasa mahal oleh sebagian petani khususnya petani kecil.
Dari aspek pemasaran dan permodalan, para petani sering mengalami keterbatasan
modal dan terhambatnya akses pemasaran. Hal ini menimbulkan ketergantungan
petani terhadap tengkulak, tengkulak memiliki modal untuk memenuhi
keperluan yang dibutuhkan oleh petani kecil. Para petani meminjam modal pada
tengkulak dengan konsekuensi ketika panen harus menjual padinya tersebut sesuai
dengan harga yang di tetapkan oleh tengkulak.
Relasi yang terjadi antara petani
dengan tengkulak adalah hubungan saling ketergantungan yang saling
menguntungkan satu sama lain. Tengkulak diuntungkan dengan adanya petani yang
menjual hasil padinya dengan persyaratan yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak, dan petani diuntungkan dengan adanya peran tengkulak yang membantu
petani untuk memasarkan hasil panennya. Peran tengkulak selain memasarkan hasil
panen petani, tengkulak juga berperan sebagai pihak yang meminjamkan modal pada
petani. Dengan adanya modal tersebut maka terjalinlah suatu hubungan sosial
ekonomi atau ikatan diantara mereka.
Berdasarkan fenomena tersebut maka
penelitian ini diangkat permasalahan dengan rumusan masalah “relasi petani
gurem dengan tengkulak sebagai pertukaran sosial bagi petani”. Dengan adanya
penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah pengetahuan tentang relasi yang
terjalin antara petani gurem dengan tengkulak, serta apa saja yang menyebabkan
munculnya relasi tersebut dan bagaimana makna pertukaran bagi petani gurem
maupun bagi tengkulak. Oleh sebab itu penelitian ini ingin mengkaji bagaimana
relasi petani gurem dan tengkulak di Desa Sumber-Arum, Kecamatan Songgon,
Kabupaten Banyuwangi.
Tinjauan
Pustaka
Teori
Pertukaran Sosial
Homans
Teori Pertukaran Sosial menurut Homans (dalam Irving, 1995:96)
“setiap orang mempunyai harga diri jika anda memberikan keuntungan terhadap
orang lain maka orang lain juga akan memberikan keuntungan buat anda”. Tindakan
perilaku sosial yang dimaksud oleh Homans adalah tindakan yang berkenaan dengan
suatu kemauan yang mengakibatkan adanya ganjaran dan hukuman yang disebabkan
oleh lingkungan bukan manusia tidak dianggap sebagai suatu perilaku sosial.
Jika seseorang bertindak dengan cara tertentu terhadap orang lain, maka
ganjaran dan hukuman itu harus datang dari pihak yang kedua, baik yang bersifat
individual atau yang bersifat organisasi.
Akhirnya permasalahan yang pokok menurut Homans adalah
perilaku yang bersifat aktual, yakni interaksi antar manusia dan bukan antar
norma-norma atau hukum-hukum yang diterapkan didalam kondisi mereka. Oleh
karenanya individu-individu yang berinteraksi secar langsung dengan yang lain
ia disebut dengan perilaku sosial.
Menurut
Homans (dalam Bernard, 2007:172), dalam mengembangkan teori pertukaran terdapat
beberapa proposisi untuk menjelaskan tingkah-laku sosial yang paling mendasar.
Menurutnya, tingkah-laku sosial yang paling mendasar dapat dijelaskan dengan
beberapa proposisi dari pertukaran sosial. Adapun proposisi-proposisi dari
Homans adalah sebagai berikut:
1.Proposisi Sukses
2. Proposisi Rangsangan atau
Stimulus
3.Proposisi Nilai
4. Proposisi Kejenuhan
5.Proposisi Persetujuan atau Agresi
Konsep Petani, Petani Gurem
Menurut (Raharjo, 1999:63)
Masyarakat petani secara umum sering di pahami sebagai suatu karegori sosial
yang seragam dan bersifat umum. Artinya, sering tidak didasari adanya
diferensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam pelbagai aspek yang terkandung
dalam komunitas petani ini. Tipologi petani meliputi petani kaya
yang memiliki luas lahan yang sangat besar yaitu lebih dari satu hektar, petani
miskin adalah petani kecil yang hanya memiliki lahan setengah sampai satu
hektar, dan buruh tani yaitu petani yang tidak memiliki lahan pertanian,
sedangkan petani gurem merupakan petani yang memiliki lahan di bawah 0,5ha dan
sebagian memilik modal sangat terbatas.
Konsep Tengkulak
Menurut Febri (dalam kamus besar
bahasa Indonesia, 1996), tengkulak diartikan sebagai pedagang perantara (yang
membeli hasil bumi dan sebagainya dari petani atau pemilik pertama).Dalam
membeli hasil pertanian, tengkulak membelinya dengan cara:
a.Sistem Tebasan
Menurut (Rahardjo, 1999:145) tebasan adalah suatu bentuk
transaksi pengalihan hak-guna, dalam mana tanaman yang telah siap panen dijual
kepada pihak lain. Transaksi tebasan adalah sebuah jenis transaksi jual beli
yang terjadi antara tengkulak dengan petani yang dilakukan dengan sistem
borongan.
b.Sistem Ijon
Menurut (Rahardjo, 1999:145) ijon berasal dari bahasa jawa
yaitu ijo=hijau adalah suatu bentuk transaksi, dalam mana pemilik tanaman
menjual tanamannya kepada pihak lain tatkala tanaman itu jauh dari usia panen
(awal proses pembuahan).
Modal Dalam Produksi Pertanian
Setelah tanah, modal adalah nomor
dua pentingnya dalam produksi pertanian, dalam arti sumbangannya pada nilai
produksi. Peranan modal dalam pertanian juga erat hubungannya dengan kredit.
Modal merupakan salah satu faktor produksi dalam pertanian disamping tanah,
tenaga kerja, dan pengusaha. Sedangkan kredit tidak lain dari pada suatu alat
untuk membantu menciptakan modal itu. Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa
modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau peminjaman dari luar, dan
moal yang berasal dari luar usahatan ini biasanya merupakan kredit. Dalam arti
aslinya kredit adalah suatu bentuk transaksi antara dua pihak, dimana yang
pertama disebut kreditor menyediakan sumber-sumber ekonomi berupa
barang, jasa, atau uang dengan janji bahwa pihak kedua (debitor) akan
membayar kembali pada waktu yang telah di tentukan.
Mengenai masalah modal dalam
produksi pertanian tidak bisa lepas dari pada pembicaraan mengenai masalah
kredit, karena kredit tidak lain daripada modal pertanian yang diperoleh dari
peminjaman. Bahwa soal kredit dalam pertanian sangat penting tidak dapat
diragukan lagi. Hal ini berlaku untuk semua negara baik yang pertaniannya sudah
sangat maju maupun yang masih terbelakang. Namun begitu, bagi pertanian di
negara yang masih miskin dan belum maju nampaknya peranan kredit lebih menonjol
lagi. Pentingnya peranan kredit disebabkan oleh kenyataan bahwa secara relatif
memang modal merupakan faktor produksi non-alami(bikinan manusia) yang
persediaannya masih sangat terbatas terutama di negara-negara yang sedang
berkembang. Lebih-lebih karena kemungkinan yang sangat kecil untuk memperluas
tanah pertanian. Disamping itu persediaan tenaga kerja yang melimpah,
diperkirakan bahwa cara yang paling mudah dan palig tepat untuk memajukan
pertanian adalah dnegan penggunaan bibit unggul baru, obat pemberantasan hama
dan penyakit, penggunaan pupuk yang berlebihan serta investasi dibidang
pengairan, dan lain-lain metode yang membutuhkan modal yang lebih besar.
Metode Penelitian
Tipe
penelitian yang digunakan peneliti menggunaakan teknik kualitatif. Desain
penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana
pertukaran sosial yang terjadi pada petani gurem dan tengkulak. Dengan lokasi
penelitian di Desa Sumber-Arum Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi Peneliti
menggunakan purposive sampling dengan beberapa kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Informan pokok penelitian merupakan petani gurem yang
memiliki ikatan kontrak dengan tengkulak akibat adanya peminjaman modal.
Sedangkan informan sekunder merupakan petani yang berlangganan dengan tengkulak
akan tetapi tidak memiliki ikatan kontrak karena modal. Pengumpulan data
melalui observasi dan wawancara mendalam, dan dokumentasi. Dalam proses
keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode yang
diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dalam analisis
data, dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dianalisis secara
kualitatif. Kemudian data yang diperoleh di kaitkan dengan teori pertukaran
sosial Homans.
Gambaran Relasi Petani Dengan
Tengkulak di Desa Sumber-Arum Kecamatan Songgon
Prosedur Bagi Petani Gurem
Petani
gurem merupakan petani kecil yang memiliki lahan sawah sempit sehingga hasil
produksi pertaniannya hanya bisa digunakan untuk kebutuhan makan saja, untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka petani gurem harus mencari penghasilan
tambahan. Karena saat ini biaya hidup sangat mahal, terutama biaya pendidikan
serta kesehatan. Meskipun rata-rata petani berpendidikan rendah akan tetapi
mereka juga ingin anaknya bisa sekolah tinggi sehingga kelak dapat bekerja
dengan baik dan sukses, tidak sama dengan orang tua mereka yang bekerja sebagai
petani atau buruh tani dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian.
Untuk memperoleh penghasilan tambahan, petani gurem bekerja
sebagai buruh, entah sebagai buruh di perkebunan yang umumnya pekerjaannya
mencangkul, atau menjadi buruh pada petani kelas atas atau petani kaya. Namun
terkadang upah yang didapat oleh petani gurem dari hasil jerih payahnya sebagai
buruh tidak sebanding dengan keringat yang dikeluarkan. Sehingga petani gurem
sangat terjerat oleh kemiskinan, apalagi obat-obatan pertanian, pupuk, serta bibit
yang dirasa petani sangat mahal. Mau tidak mau hal tersebut membuat petani
untuk melakukan suatu tindakan berupa peminjaman modal uang kepada tengkulak.
Selain itu, bagi petani gurem berbeda dengan petani kaya yang tidak dibatasi
meminjam uang kepada tengkulak. Petani gurem hanya bisa meminjam uang secara
terbatas, karena tengkulak meminjamkan modal uang pada petani sesuai dengan
luas lahan yang dimilki serta target hasil panen. Jadi meskipun petani gurem
terbantu dengan adanya tengkulak yang meminjamkan uang kepadanya, namun jumlah
yang dipinjamkan dibatasi sesuai dengan target hasil panen atau luas lahan yang
dimiliki. Hal tersebut mengharuskan petani gurem untuk tetap semangat mencari
penghasilan tambahan dan tidak hanya berpangku tangan mengandalkan hasil panen
serta meminjam uang pada tengkulak. Uang yang dipinjamkan oleh tengkulak kepada
petani rata-rata dibawah satu juta rupiah, paling besar jumlah uang yang
dipinjamkan yaitu tiga juta rupiah itupun harus petani yag benar-benar
dipercaya oleh tengkulak.
Prosedur Bagi Petani Kaya
Berbeda
halnya dengan petani kecil atau petani gurem ketika meminjam uang dibatasi,
petani kaya meminjam uang tidak dibatasi karena tengkulak percaya bahwa petani
kaya dapat melunasi hutangnya dengan hasil panen yang banyak dari luas lahannya
tersebut. Berbeda dengan petani gurem yang meminjam modal uang pada tengkulak
untuk biaya tanam dan kebutuhan sehari-hari, sebagian petani kaya meminjam
modal uang pada tengkulak untuk memenuhi kebutuhan komersil, seperti membeli
sawah, dll.
Prosedur Tengkulak Cina
Tengkulak
memiliki relasi dengan petani dengan cara meminjamkan modal dan petani untuk
menyetor padinya ke gudang tengkulak tersebut dengan perjanjian yang telah
desepakati oleh kedua belah pihak. Namun persyaratan serta perjanjian antara
tengkulak cina dengan tengkulak pribumi berbeda, kalau tengkulak cina lebih di
tekankan pada bunga besar setiap bulannya dari jumlah uang yang di pinjamkan.
Perhitungannya adalah misalnya petani gurem meminjam uang senilai
Rp.1.000.000,- maka petani gurem harus membayar bunga lima persen setiap
bulannya yaitu 5%xRp.1.000.000= Rp.50.000,-/bulan x 4 bulan masa
pinjaman=Rp.200.000,- yang harus di bayar ketika panen. Jadi total uang yang
harus di bayar oleh petani gurem terhadap tengkulak adalah Rp.1.000.000+200.000=Rp.1.200.000,-
.
Prosedur Tengkulak Pribumi
Tengkulak
pribumi berbeda dengan tengkulak cina yang memberikan pinjaman uang dengan
bunga yang besar setiap bulannya, tengkulak pribumi meminjamkan uang pada
petani dengan syarat petani harus menyetor padinya pada tengkulak tersebut dan
tidak ada bunga, tetapi dipotong lima ribu rupiah perkarungnya atau ada juga
yang dipotong seratus rupiah perkilonya. Contoh perhitungannya adalah, misalkan
petani meminjam uang Rp.1.000.000,- sedangkan petani gurem mendapatkan hasil
panen padi sebanyak 13kwintal maka di kurangi potongan harga
Rp.5.000,-/kwintalnya x 13 kwintal= Rp.65.000,-. Maka uang yang harus dibayar
oleh petani gurem pada tengkulak adalah Rp.1.065.000,-. Tentu hal tersebut
berbeda dengan tengkulak cina yang memberikan bunga lebih besar.
Penyebab Munculnya Relasi Antara
Petani Gurem Dengan Tengkulak
Modal Tanam Dan Konsumtif
Modal
merupakan salah satu faktor produksi dalam pertanian disamping tanah, tenaga
kerja, dan pengusaha. Peranan modal dalam pertanian juga erat hubungannya
dengan kredit. Sedangkan kredit tidak lain dari pada suatu alat untuk membantu
menciptakan modal itu. Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa modal pertanian
dapat berasal dari milik sendiri atau peminjaman dari luar, dan modal yang
berasal dari luar usahatani ini biasanya merupakan kredit. Dalam arti aslinya
kredit adalah suatu bentuk transaksi antara dua pihak, dimana yang pertama
disebut kreditor menyediakan sumber-sumber ekonomi berupa barang, jasa,
atau uang dengan janji bahwa pihak kedua (debitor) akan membayar kembali
pada waktu yang telah di tentukan (Mubyarto, 1977:93).
Bagi
petani modal sangat penting karena dengan adanya modal maka petani dapat
melakukan penggarapan sawah, juga untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
Menggantungkan pada hasil panen tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka, sehingga mereka harus mencari penghasilan tambahan agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup. Terkadang penghasilan tambahan masih saja tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan yang lain-lain, maka alternatifnya mereka meminjam uang
pada tengkulak yang mau meminjamkan uang pada mereka dengan syarat petani harus
menyetor padinya ketika panen dan memenuhi syarat yang te lah diberikan oleh tengkulak kepada petani.
Petani meminjam uang kepada tengkulak untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena
penghasilan panen serta penghasilan tambahan tidak mampu untuk mencukupi
kebutuhan hidup mereka. Alasan petani gurem melakukan relasi dengan tengkulak
karena telah meminjam uang/modal sebelum panen untuk biaya tanam atau kebutuhan
konsumtif lainnya, dan ketika panen para petani diharuskan untuk menyetor
gabahnya tersebut pada tengkulak dengan perjanjian yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak. Perjanjiannya tersebut berupa potongan harga, atau bunga
setiap bulannya. Berdasarkan teori pertukaran sosial Homans (dalam Bernard,
2007:172) kebiasaan petani meminjam uang pada tengkulak termasuk dalam
“proposisi sukses” yang menyatakan bahwa “semakin sering tindakan seseorang
dihargai atau mendapat ganjaran maka semakin besar kemungkinan orang tersebut
melakukan tindakan yang sama”. Tindakan petani meminjam modal uang pada
tengkulak karena keterbatasan modal yang ia miliki dan tengkulak merespon baik
hal tersebut dengan kemudahan meminjam modal untuk penggarapan sawah atau untuk
kebutuhan subsisten. Dengan adanya respon baik dari tengkulak, petani
mengulangi tindakan yang sama ketika ia membutuhkan modal uang untuk biaya
produksi serta biaya untuk kebutuhan subsisten. Tindakan petani tersebut
diulangi karena tengkulak dengan mudah meminjamkan modal pada petani dengan
proses pencairan cepat dan prosedur yang mudah. Berdasarkan uraian diatas dapat
dikategorikan relasi petani gurem dengan tengkulak sebagai hubungan pertukaran
sosial antara bagi mereka, dan relasi tersebut merupakan suatu hubungan yang
saling menguntungkan masing-masing pihak. Petani diuntungkan dengan adanya
tengkulak yang meminjamkan uang kepadanya dan tengkulak juga diuntungkan dengan
adanya petani yang menyetor padinya pada tengkulak tersebut.
Hubungan Saling Percaya
Kepercayaan
merupakan suatu reward yang diberikan kepada seseorang, akan tetapi
apabila kepercayaan tesebut ternodai maka akan sangat sulit untuk mengembalikan
kepercayaan semula. Dengan adanya kepercayaan maka seseorang akan menjalin
suatu hubungan yang intens dan sama-sama saling menyamankan satu sama lain.
Kepercayaan terbangun dengan adanya hubungan saling transparan, ketepatan
apabila mempunyai janji, dan konsisten. Konsistensi
adalah kunci untuk menjaga kepercayaan serta janji adalah sesuatu yang memiliki
dampak yang sangat kuat,
dengan menepati janji maka seseorang akan menghargai dan menaruh
kepercayaan yang tinggi.
Seperti itulah yang dilakukan oleh tengkulak kepada petani agar petani
memberikan kepercayaannya pada tengkulak dan menjalin relasi dengan tengkulak.
Sebagian petani menyatakan bahwa sebenarnya ia bisa saja berpindah relasi
dengan tengkulak lain, namun ia sudah cocok dengan tengkulak langganannya
karena hubungan saling percaya dan kenyamanan. Oleh sebab itu sebagian petani
enggan untuk berpindah relasi dengan tengkulak lain dikarenakan faktor
kenyamanan dan hubungan saling percaya yang mereka jalin cukup lama
Kebiasaan Karena Pengalaman
Kebiasaan
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara terus-menerus dalam kurun waktu
yang cukup lama. Kebiasaan biasanya terjadi karena adanya pengalaman terdahulu
yang memberikan pelajaran pada seseorang. Kebiasaan juga bisa terjadi karena
tidak adanya pilihan lain yang lebih baik. Hal ini mengakibatkan seseorang akan
mengambil keputusan yang sama apabila menemui masalah yang sama dengan yang
telah terjadi. Pengalaman yang dimiliki oleh petani akan mempengaruhi
keberhasilan dari usaha tani yang dilakukan. Petani yang berpengalaman akan
mengetahui bagaimana cara berusaha tani yang baik sehingga menghasilkan produk
yang baik dan berkualitas. Selain itu, petani yang lebih berpengalaman akan
mengetahui cara pemasaran produk yang dihasilkan agar memperoleh hasil yang
maksimal. Kebanyakan petani gurem melakukan relasi dengan tengkulak karena
mereka memiliki pengalaman terdahulu yang memberikan pelajaran serta
pengetahuan bagi mereka kedepannya agar lebih baik lagi.
Berdasarkan
teori pertukaran sosial milik Homans (dalam Bernard, 2007:172) petani melakukan
relasi dengan tengkulak karena kebiasaan pengalaman termasuk dalam “proposisi
rangsangan atau stimulus” yang berbunyi “apabila pada masa lampau ada satu
stimulus atau sejumlah stimuli didalamnya tindakan seseorang mendapat ganjaran,
maka semakin stimulus atau stimuli yang ada menyerupai stimulus atau stimuli
pada masa lampau itu, semakin besar pula kemungkinan bahwa seseorang tersebut
akan melakukan tindakan yang sama”. Pengalaman petani menjalin relasi dengan
tengkulak sebagai cermin untuk melihat relasi tersebut berdampak positif atau
negatif bagi petani. Ketika petani merasa relasinya dengan tengkulak berdampak
negatif baginya, maka petani memutuskan relasinya dengan tengkulak tersebut
lalu menjalin relasi dengan tengkulak baru yang menurutnya berdampak positif
baginya. Sedangkan petani yang merasa relasinya dengan tengkulak berdampak
positif maka petani tetap bertahan menjalin relasi dengan tengkulak tersebut
dan enggan untuk berpindah relasi. Alasan petani enggan untuk berpindah relasi
karena pengalaman yang menjadi kebiasaan bagi mereka.
Relasi Petani Gurem Dengan Tengkulak
Sebagai Pertukaran Sosial
a.Makna Pertukaran Bagi Tengkulak
Potongan Harga
Tengkulak
saling bersaing satu sama lain untuk mendapatkan klien yang lebih banyak agar
mereka mendapatkan keuntungan yang besar. Terdapat dua sistem selain bunga,
yaitu potongan harga dan perhitungan tara. Bagi petani gurem, mereka
mencari relasi dengan tengkulak yang menurut mereka tidak terlalu membebani
sehingga petani merasa tidak terpaksa/rugi dalam menjalankan relasi tersebut.
Salah satu tengkulak menyatakan bahwa ia membeli padi dari petani yang tidak
memiliki hutang seharga Rp.4100,-/kg dan bagi petani yang memiliki hutang ia
membeli padinya dengan harga Rp.4000,-/kg. Contoh perhitungannya adalah petani
gurem yang tidak memiliki hutang dan ia mendapatkan hasil panen 13 kwintal atau
1300kg, maka perhitungannya adalah 1300kg x Rp.4.100= Rp.5.330.000,-. Karena
petani memiliki pinjaman uang pada tengkulak, maka padi petani dibeli dengan
selisih harga lebih rendah yaitu potongan senilai Rp.100,-/kg. Maka
perhitungannya adalah 1300kg x Rp.4.000=Rp.5.200.000,- jadi potongan harganya
adalah Rp.130.000,-. Bagi para petani potongan harga jauh lebih baik dari pada
bunga besar yang harus mereka bayar setiap bulannya. Tengkulak merasa hubungannya
dengan petani saling menguntungkan, petani untung dengan adanya pinjaman modal
uang dari tengkulak, dan tengkulak juga untung mendapatkan setoran padi dari
petani serta keuntungan uang berupa hasil dari potongan harga padi perkilonya.
Bunga Perbulan Atas Pinjaman
Petani
yang memiliki relasi dengan tengkulak harus menyetor padinya pada gudang
tengkulak tersebut dengan bunga perbulannya sesuai dengan jumlah pinjaman.
Bunga yang diberikan oleh tengkulak kepada petani setiap bulannya berbeda,
tergantung kebijakan dari tengkulak tersebut. Salah satu petani menyatakan
bahwa meskipun wajib menyetor padinya kepada tengkulak yang memiliki relasi
dengannya, ia tetap merasa tidak dirugikan karena padinya di beli dengan harga
umum dipasaran. Meskipun tengkulak memberikan bunga 3% perbulannya namun petani
merasa tidak dirugikan oleh bunga tersebut, karena petani merasa tengkulak
telah menolongnya dengan cara meminjamkan uang kepada petani dengan persyaratan
yang menurutnya mudah dari pada harus meminjam pada pihak lain. Relasi yang
terjadi antara petani gurem dengan tengkulak merupakan suatu hubungan yang
saling mneguntungkan dan bersifat timbal balik.
Berdasarkan Teori
Pertukaran Sosial menurut Homans
(dalam Irving, 1995:96) “setiap orang mempunyai harga diri jika anda memberikan
keuntungan terhadap orang lain maka orang lain juga akan memberikan keuntungan
buat anda”. Dalam
teori pertukaran sosial lebih menekankan pada tiga keseimbangan yang saling
mempengaruhi dan saling dipertukarkan, yang pertama adalah ganjaran(reward)
yaitu penghargaan yang diberikan oleh pihak kedua kepada pihak pertama yang
telah berkorban untuknya, yang kedua adalah pengorbanan yaitu semua perbuatan
yang dapat menimbulkan respon dari orang lain sehingga orang lain melakukan hal
yang sama terhadap kita, yang ketiga adalah keuntungan yaitu berupa ganjaran
yang diterima apakah sudah seimbang dengan pengeluaran yang kita lakukan.
Tengkulak memberikan cost kepada petani berupa peminjaman modal/uang
yang digunakan oleh petani untuk biaya penggarapan sawah serta untuk biaya
konsumtif, sebagai ganjarannya petani memberikan gabahnya kepada
tengkulak ketika petani panen sehingga tengkulak diuntungkan oleh petani
dengan adanya padi yang disetor kepadanya, selain itu tengkulak juga
mendapatkan keuntungan dengan adanya bunga perbulan yang dibayar oleh
petani ketika panen.
Perhitungan Tara
Selain bunga, dan potongan harga,
terdapat sistem lain yang diberikan oleh tengkulak pada petani yang meminjam
uang kepadanya yaitu perhitungan dengan sistem tara. Tara merupakan
selisih antara bruto dan netto. Sedangkan bruto adalah berat kotor, dan netto
adalah berat bersih. Tara menurut salah satu tengkulak“tara iku
gabukan iku,
Mbak, gabuke pari” (tara itu gabukannya padi itu, Mbak). Salah satu tengkulak
menjelaskan bahwa perhitungan tara itu menghitung kadar air dari gabah dan
gabukan gabah, kadar air standart perhitungannya memakai 5% sedangkan
hampa(gabukan padi) itu memakai standart 25%. Untuk menghitung hampa(gabukan
padi) menggunakan alat sejenis timbangan emas dimana bandulnya seberat 10gram
lalu diletakkan pada salah satu sisi dan sisi yang lain diberi sampel padi
dengan berat yang sama dengan bandul, lalu diseimbangkan. Setelah itu tengkulak
memilah antara padi yang gabuk dengan padi yang mentes. Selisih
antara padi yang gabuk dengan padi yang mentes itulah yang disebut dengan tara.
Sedangkan untuk menghitung kadar air dari gabah, tengkulak menggunakan alat
sejenis komputer yang dapat mendeteksi kadar air dari sampel gabah tersebut.
Salah satu tengkulak menjelasakan perhitungan tara dengan sampel gabah
Pak Haji Muflich salah satu petani di Desa Sumber-Arum. Pak Haji Muflich
memiliki luas lahan 1 bao (0,75)ha, dengan memperoleh hasil panen padi sebanyak
4663kg berat kotor lalu di kurangi kawol/jerami sebagai penutup padi ketika di
pak yaitu 84kg dan sisa berat bersihnya 4579kg lalu di hitung taranya
berupa kadar air dan hampa/gabukan padi sebanyak 10% karena ketika di
timbang hampanya ada 10% dikurangi standart yang digunakan oleh pabrik
yaitu 5% sama dengan 5% (hampa). Sedangkan kadar air setelah di ukur ada
30% dikurangi standart yang di gunakan oleh pabrik 25% sama dengan 5%. Jadi hampa
5% di tambah dengan kadar air 5% sama dengan 10% berupa tara. Jadi gabah 4579kg
di kurangi tara 10% yaitu 4121kg dikalikan dengan harga pasaran yang di
beli oleh tengkulak yang mematok harga Rp.4100/kg kalau petani tidak mempunyai
hutang, dan apabila petani memiliki hutang maka tengkulak mematok harga
Rp.4000/kg. Karena Pak Haji Muflich memiliki bon/hutang kepada tengkulak untuk
biaya produksi maka gabahnya di beli dengan harga
Rp.4000/kgx4221kg=16.484.000,-.
b.Makna Pertukaran Bagi Petani
Kemudahan Mendapat Modal Tanam
Modal
sangat penting bagi kelangsungan usahatani, apabila petani tidak memiliki modal
yang cukup untuk membiayai kelangsungan usaha taninya, maka petani meminjam
uang atau modal pada tengkulak. Dan terkadang peminjaman tersebut mengalami
kesulitan karena uang yang dipinjamkan tidak langsung cair. Berbeda halnya
dengan petani yang sudah memiliki relasi dengan tengkulak, peminjaman uang bisa
langsung mereka peroleh.
Kemudahan Mendapat Hutang
Selain
untuk biaya penggarapan sawah, petani gurem yang memiliki modal terbatas
sebagian mereka meminjam uang pada tengkulak untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan makan, biaya pernikahan
anak, biaya pendidikan sekolah anak, serta biaya untuk membeli hewan ternak dan
penyewaan sawah untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Makna pertukaran bagi
petani adalah dimana masing-masing pihak merasa diuntungkan. Petani diuntungkan
dengan kemudahan mendapatkan hutang, tengkulak juga diuntungkan dengan adanya
petani yang menjalin relasi dengannya. Sehingga relasi petani gurem dengan
tengkulak sebagai pertukaran sosial diantara keduanya dianggap saling menguntungkan
sehingga relasi tersebut dilakukan terus-menerus dan mengakibatkan
ketergantungan satu sama lain.
Kemudahan Dalam Pemasaran
Tengkulak
selain sebagai pihak kreditor yang meminjamkan modal uang pada petani,
tengkulak juga berperan sebagai pihak perantara yang memasarkan hasil
pertanian. Di Desa Sumber-Arum ketika petani memanen, maka tengkulak
langganannya mendatangi dengan membawa truk yang digunakan untuk
mengangkut gabah petani dari sawah ke gudang milik tengkulak. Para petani tidak
memiliki kendaraan atau alat transportasi untuk mengangkut gabah mereka pada
gudang, sehingga petani bergantung pada tengkulak. dengan demikian petani tidak
perlu repot-repot untuk mencari transportasi guna mengangkut gabah mereka.
Selain kemudahan transportasi, menjalin relasi dengan tengkulak bagi petani
memudahkan dalam proses pemasaran, misalkan petani hanya mendapatkan hasil
panen yang sedikit, tengkulak tetap mau mengambil gabah mereka dengan
transportasi yang tengkulak miliki. Lalu yang ketiga, ketika petani gagal panen
karena rusaknya padi/gabah, tengkulak yang sudah menjalin relasi dengan petani
cukup lama, tidak menolak setoran gabah tersebut dan tetap mau membelinya.
Kemudahan-kemudahan itulah yang membuat petani merasa cukup nyaman dalam
menjalin relasi dengan tengkulak.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menghasilkan
temuan tentang relasi petani gurem dengan tengkulak sebagai pertukaran sosial
di wilayah pedesaan agraris. Relasi yang terjalin oleh petani gurem dengan
tengkulak terjadi karena faktor ekonomi dan faktor sosial. Faktor ekonomi yaitu
modal uang, modal sangat penting bagi petani khususnya petani gurem yang
memiliki modal terbatas. Dengan adanya modal maka petani dapat melakukan
kegiatan produksi pertanian. Sedangkan faktor sosial yaitu hubungan saling
percaya dan kebiasaan karena pengalaman, hubungan saling percaya antara petani
gurem dengan tengkulak terjadi karena relasi yang terjalin cukup lama, sehingga
petani merasa nyaman dan enggan untuk berpindah relasi. Sebagian petani
memiliki pengalaman menjalin relasi dengan tengkulak, dengan pengalaman itulah
petani dapat menilai relasi yang mereka bangun selama ini pantas atau tidak
untuk dilanjutkan.
Relasi antara petani gurem dengan
tengkulak merupakan suatu bentuk pertukaran sosial diantara mereka. Makna
pertukaran bagi tengkulak adalah adanya setor padi oleh petani, bunga atas
pinjaman, potongan harga, serta perhitungan tara. Sedangkan makna
pertukaran bagi petani adalah kemudahan dalam pemasarn, kemudahan mendapat
modal, serta kemudahan mendapat hutang. Dengan demikian pertukaran sosial
tersebut dianggap adil apabila masing-masing pihak tidak ada yang merasa
dirugikan, petani dan tengkulak sama-sama merasa untung dan nyaman dalam
menjalin relasi tersebut.
Ucapan
Terimakasih
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan
kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan jurnal yang berjudul Pertukaran Sosial Petani Gurem Dan
Tengkulak. Jurnal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan strata satu (SI) pada Program Studi Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Penyusunan jurnal ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
- Prof.Dr.Hary Yuswadi, MA, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu dan perhatiannya dalam penyusunan jurnal ini;
- Dra. Elly Suhartini. M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang selama ini memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis;
- Raudlatul Jannah, S.Sos, M.Si serta Dra Elly Suhartini, M.Si, yang telah memberikan kritik dan sarannya kepada penulis;
- Drs. Akhmad Ganefo M.Si , selaku Ketua Program Studi Sosiologi yang selalu memberikan motivasi dan arahan kepada penulis;
- Dosen dan staf karyawan program Studi Sosiologi yang selama ini memberikan bimbingan bagi penulis;
- Bapak dan ibu serta kakak dan adikku tercinta. Terima kasih untuk doa, kasih sayang, kesabaran, dan dukungannya selama ini.
- Teman-teman Sosiologi khususnya angkatan 2009 yang selama ini memberikan semangat dan dukungan;
- Seluruh warga Desa Sumber-Arum, yang telah memberikan bantuan dan informasi kepada peneliti selama penelitian.
Daftar Pustaka
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Jakarta: LP3ES
Mustika, Febriani. 2012. Perilaku
Ekonomi Tengkulak Dalam Proses Perdagangan Buah Mangga di Probolinggo.
Jember: Universitas Jember
Rahardjo. 1999. Pengantar
Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi
Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka
Zeitlin, Irving M. 1995. Memahami
Kembali Sosiologi. Kritik Terhadap Sosiologi Kontemporer.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Acuan Dari Internet
http://untukumat.wordpress.com/2012/03/03/klasifikasi-pengelompokan-penggolongan-petani/
tengkulak tidak selamax bermakna negatif, kadang kala ia bagikan malaikan yang selalu membantu kesulitan petani
ReplyDelete