Thursday, 30 October 2014

SUSUNAN KABINET JOKOWI-JK


Presiden RI : Joko Widodo
Wakil Presiden RI : M Jusuf Kalla


1. Menteri Sekretaris Negara : Pratikno
2. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas: Andrinof Chaniago

3. Menko Bidang Kemaritiman : Indroyono Soesilo
4. Menteri Perhubungan : Ignasius Jonan
5. Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti
6. Menteri Pariwisata : Arief Yahya
7. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral: Sudirman Said

8. Menko Bidang Polhukam : Tedjo Edy Purdijatno
9. Menteri Dalam Negeri : Tjahjo Kumolo
10. Menteri Luar Negeri : Retno Lestari Priansari Marsudi
11. Menteri Pertahanan : Ryamizard Ryacudu
12. Menteri Hukum dan HAM : Yasonna H Laoly
13. Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudiantara
14. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Yuddy Chrisnandi

15. Menko Bidang Perekonomian: Sofyan Djalil
16. Menteri Keuangan : Bambang Brodjonegoro
17. Menteri BUMN : Rini M Soemarno
18. Menteri Koperasi dan UMKM: Anak Agung Gde Ngurah Puspayoga
19. Menteri Perindustrian : M Saleh Husin
20. Menteri Perdagangan : Rachmat Gobel
21. Menteri Pertanian : Amran Sulaiman
22. Menteri Ketenagakerjaan : Hanif Dhakiri
23. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadi Muljono
24. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya
25. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN: Ferry Mursyidan Baldan

26. Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani
27. Menteri Agama : Lukman Hakim Saifuddin
28. Menteri Kesehatan : Nila F Moeloek
29. Menteri Sosial : Khofifah Indar Parawansa
30. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohana Yambise
31. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah: Anies Baswedan
32. Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi : M Nasir
33. Menteri Pemuda dan Olahraga: Imam Nahrawi
34. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Marwan Jafar

Wednesday, 29 October 2014

PENYEBAB DAN PENGOBATAN VERTIGO

 

 

Penyebab vertigo. Vertigo merupakan gangguan keseimbangan yang terjadi pada telinga bagian dalam sehingga penderita vertigo merasa pusing atau ruang di sekelilingnya terasa berputar atau melayang. Penyakit vertigo menunjukkan bahwa telah terjadi ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Ketidakseimbangan tonus vestibular dapat terjadi akibat telah hilangnya masukan perifer yang disebabkan kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau pada aktivitas vestibulocerebellar.

Penyebab vertigo tidak terjadi karena faktor keturunan, namun disebabkan karena beberapa faktor seperti migrain, radang pada leher, kelainan saraf, mabuk kendaraan, mabuk karena pengaruh alkohol, adanya infeksi bakteri pada telinga, gangguan penglihatan, kekurangan asupan oksigen ke otak, tekanan emosional, stres, dan obat-obatan.


Penyebab Vertigo

  1. Gangguan telinga bagian dalam
  2. Sebagian besar vertigo terjadi ketika seseorang tersebut dengan secara tiba-tiba mengubah posisi kepala, misalnya ketika bangun tidur atau berdiri dengan cepat. Pusing yang terjadi akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa menit. Vertigo jenis ini terjadi akibat masalah yang pada telinga bagian dalam dan dikenal sebagai Benign Paroxysmal Positional Vertigo.

  3. Penyakit sistem saraf pusat
  4. Gangguan sistem saraf pusat karena beberapa penyakit seperti multiple sclerosis, kerusakan leher, tumor, atau stroke yang bisa menyebabkan penyakit vertigo.

  5. Migrain
  6. Migrain merupakan salah satu jenis sakit kepala tetapi juga mempengaruhi penglihatan. Vertigo yang disebabkan karena migrain dapat berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa hari.

  7. Peradangan atau infeksi
  8. Infeksi yang menyerang tubuh seperti pilek, flu, atau yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi kinerja telinga bagian dalam dan akhirnya mengakibatkan vertigo.

  9. Gangguan penglihatan
  10. Mata selain untuk melihat juga dapat membantu dalam fungsi keseimbangan tubuh. Sehingga masalah yang terjadi pada penglihatan dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan dan memicu penyakit vertigo.

  11. Penyakit menierePenyakit meniere terjadi akbiat peningkatan volume endolimfe yang juga berhubungan dengan distensi seluruh sistem endolimfatik (hidrops endolymphatic). Penyakit meniere yang mengakibatkan telinga bagian dalam mempunyai banyak cairan yang pada akhirnya mempengaruhi keseimbangan tubuh. Rasa pusing yang terjadi dapat berlangsung selama setengah jam atau lebih lama lagi.

  12. Tumor sudut cerebellar-pontine
  13. Tumor yang satu ini tumbuh lambat, yang memungkinkan sistem vestibular untuk terus mengakomodasi perubahan yang terjadi. Sehingga pada akhirnya manifestasi klinis yang dihasilkan berupa sensasi samar ketidakseimbangan dan bukan vertigo akut.

  14. Mabuk
  15. Berpergian jarak jauh yang menggunakan kendaraan darat, laut, maupun udara sering muncul masalah mabuk. Mabuk tersebut dapat memancing datangnnya penyakit vertigo.

  16. Posisi tidur
  17. Bantal kepala yang terlalu rendah atau terlalu tinggi bisa mempengaruhi munculnya vertigo dan apalagi jika baru bangun tidur langsung bangun dengan cepat.

  18. Faktor lain
  19. Penyakit vertigo dapat disebabkan karena berbagai faktor selain faktor-faktor di atas, seperti: perasaan cemas pengaruh alkohol, terhisap zat kimia, berada dalam ruangan yang tertutup terlalu panas, hal ini dapat menjadi penyebab vertigo.

 

Cara Mengatasi Vertigo 

Anda dapat melakuka latihan vestibular untuk mengatasi vertigo. Latihan vestibular sebagai berikut.
  1. Berdiri tegak, buka mata dan kemudian tutup. Lakukan 5 kali.
  2. Gerakan kepala berputar. Pasang dagu ke dada, putar kepala ke kiri, dan mengubah ke arah kanan, lakukan 3 kali.
  3. Gerakan wajah menghadap ke atas, lalu turun dengan perlahan-lahan sampai menghadap ke bawah. Kemudian naik lagi menghadap ke atas perlahan-lahan dan lakukan 3 kali.
  4. Melatih gerakan kepala miring, yaitu dengan mencoba untuk tetap telinga bagian kiri ke bahu kiri. Tahan sampai 15 detik, kemudian lakukan pada telinga sebaliknya. Ulangi setiap bagian telinga masing 3 kali.
  5. Duduk dengan posisi punggung lurus dan mata terbuka. Lalu berdiri. Pada saat Anda berdiri, tutup mata dan Ulangi 3 kali.
  6. Melatih gerakan bola mata Anda ke kanan dan ke kiri secara horizontal dengan mata terbuka. Ulangi pada setiap arah masing-masing 3 kali. Kemudian lanjutkan dengan menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah secara vertikal.
  7. Lakukan praktek otot mata dengan mengikuti kemana arah objek yang bergerak, fokuskan mata pada obyek stasioner.
Itulah 10 penyebab vertigo. Tidak semua pusing merupakan vertigo. Pusing belum tentu disebabkan karena vertigo. Kondisi yang sedang dialami tersebut mungkin disebabkan karena tekanan darah rendah (hipotensi), lapar, atau perasaan cemas.

Thursday, 16 October 2014

SECUIL KISAHKU DIKOTA SEBRANG DALAM MENUNTUT ILMU

aku mengambil kosentrasi sosiologi pertanian di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas negeri jember. untuk meraih gelar srjana sangatlah tidak mudah, butuh perjuangan serta pengorbanan. selama 3 tahun berkuliah, lalu mulai menulis karya tulis ilmiah dan di acc untuk maju seminar pada tanggal 30 april 2013, lalu seminar proposal pada tanggal 27 mei 2013. setelah melakukan seminar, 1 tahun kemudian baru menghadapi ujian sidang skripsi yaitu pada tanggal 12 mei 2014, namun sidang di undur karena beberapa sebab yaitu pada 16 mei 2014, dan sidang yang kedua pun masih belum tuntas, sehingga sidang lanjutan diadakan pada 21 mei 2014 dan dinyatakan lulus dengan nilai A yang tentunya tidak lepas dari doa tulus kedua orang tuaku, dan dukungan dari orang2 terkasih, terimakasih untuk suamiku dan para sahabat2ku sosiologi 2009. tanpa kalian aku hanyalah manusia lemah dan rentan dengan cobaan.
Berikut daftar IP dan IPK yang diperoleh selama nemempuh studi:
Semester 1     3.43
Semester 2     2.82
Semester 3     2.90
Semester 4     2.76
Semester 5     3.50
Semester 6     3.25
Semester 7     2.75
Semester 8     2.89
Semester 9        -
Semester 10     4       dengan ipk akhir 3,17

Wednesday, 15 October 2014

TEMPAT SEJUTA KENANGAN (FISIP UNEJ)


Bangga Bisa Menjadi Alumnimu (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Jember)


Kembang Kol Masak Udang Saus Tiram



Resep untuk Kembang Kol Masak Udang Saus Tiram kami sajikan bagi anda yang ingin memasak Kembang Kol Masak Udang Saus Tiram yang mudah dan praktis. Wajib bagi kita menyajikan menu sayur-sayuran sebagai hidangan sehari-hari. Tak perlu yang merepotkan yang penting nilai gizinya tercukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Misalnya Kembang kol yang ditumis dengan udang ini. Pasti menjadi sajian praktis yang disukai., simaklah resep Kembang Kol Masak Udang Saus Tiram ini untuk variasi menu masakan Anda.

Cara Membuat Kembang Kol Masak Udang Saus Tiram dan Bahan Bumbunya

Jika Anda ingin menyajikan menu yang mudah nan lezat, Anda dapat mencoba resep Kembang Kol Masak Udang Saus Tiram ini. Adapun bahan dan bumbu untuk Kembang Kol Masak Udang Saus Tiram yang Anda butuhkan untuk memasak menu ini ialah:
300 gram kembang kol, potong per kuntum
100 gram udang, kupas, sisakan ekor, kerat punggung
75 gram wortel, iris miring
1/2 buah bawang bombay, iris panjang
2 siung bawang putih, cincang halus
1 sendok makan saus tiram
1 sendok teh kecap asin
3/4 sendok teh garam
1/4 sendok teh merica bubuk
200 ml air
2 sendok makan minyak untuk menumis

Cara Membuat Kembang Kol Masak Udang Saus Tiram yang Praktis

  1. Panaskan minyak. Tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum. Masukkan udang. Aduk sampai berubah warna.
  2. Tambahkan wortel dan kembang kol. Aduk sampai setengah layu.
  3. Masukkan saus tiram, kecap asin, garam, dan merica bubuk. Aduk rata. Tuangkan air. Aduk

Suku Tengger dan Terbentuknya Masyarakat Pertanian (Studi Kasus Sejarah Terbentuknya Desa Tosari kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan)





ABSTRAK
Desa Tosari merupakan Desa yang berada di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. Kecamatan Tosari sendiri memiliki 8 desa di antaranya adalah desa Tosari, desa Wonokitri, desa Sedayeng, desa Balidono, desa Ngadiwono, desa Podokoyo, Desa Kandangan dan desa Mororejo. Desa Tosari adalah Desa tertua di Kecamatan Tosari. Bukti bahwa Desa Tosari merupakan Desa tertua adalah adanya bukti Jimat Klontongan. Jimat Klontongan berisi baju Antakusuma, dimana jimat tersebut disimpan oleh Dukun di Desa Tosari. Selain Jimat Klontongan, bukti bahwa Desa Tosari merupakan Desa tertua di Kecamatan Tosari adalah perayaan Karo yang sudah dilaksanakan 1181x. Desa Tosari dihuni oleh masyarakat Suku Tengger asli dan ada juga pendatang-pendatang baru yang tinggal di Desa Tosari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif etnografi yaitu upaya mencari kebenaran sesuai dengan data yang didapat di lapangan.


Key words: suku tengger, kebudayaan, desa dan pertanian.

Pendahuluan
Konsep yang tercakup dalam istilah suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri mereka akan kesatuan dari kebudayaan mereka, sehingga kesatuan kebudayaan tidak di tentukan oleh orang luar, melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan itu sendiri( Koentjoroningrat, 1966:166 dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2000: ).
(Departemen Pendidikan Nasioanl, 2000:27) Kebudayaan setiap suku bangsa dapat dipelajari dari tiga wujud kebudayaan yang terdiri atas:
  1. wujud gagasan
  2. wujud perilaku berpola
  3. kebudayaan fisik
Wujud yang pertama adalah wujud yang paling abstrak karena sebagai suatu himpunan gagasan, suatu kebudayaan yang tidak dapat dilihat atau dinikmati. Lokasinya dalah kepala dan pemikiran tiap bangsa penduukung kebudayaan bersangkutan yang mereka bawa kemanapun mereka pergi. Secara teknis, kebudayaan dalm wujud himpunan gagasan ini disebut dengan sistem budaya. Adapun wujud kedua adalah wujud yang paling konkrit sebagai perilaku yang berpola dari manusia-manusia yang berinteraksi dalam suatu masyarakat. Secara teknis kebudayaan dalam wujud perilaku berpola ini disebut sistem sosial. Sedangkan wujud ketiga dari kebudayaan adalah wujud yang paling konkrit dan nyata sehingga secara teknis kebudayaan dalam wujud kumpulan benda dan artefak ini disebut dengan kebudayaan fisik.
Kebudayaan dalam wujud yang pertama sering juga disebut covert culture atau unsur-unsur kebudayaan yang tidak tampak. Unsur-unsur ini sulit di ubah dan diganti karena himpunan gagasan ini telah dipelajari dan diinternalisasi oleh seseorang pada usia yang sangat dini, sewaktu proses sosialisasi baru dimulai. Sedangkan kebudayaan dalm wujud kedua disebut overt culture atau unsur-unsur kebudayaan yang tampak. Unsur-unsur ini biasanya lebih mudah atau lebih cepat berubah atau di ubah. Sementara itu wujud kebudayaan yang ketiga disebut overt culture atau unsur-unsur kebudayaan yang tampak, karena merupakan wujud yang paling pertama dilihat oleh orang asing.
Dengan memahami adanya tiga wujud kebudayaan ini pemahaman kita terhadap kebudayaan dari suku bangsa bisa lebih memadai sehingga terhindar dari penilaian tentang kebudayaan suatu suku bangsa. Penilaian bisa keliru dapat terhjadi jika kita hanya memperjatikan kebudayaan yang tampak dari suatu suku bangsa. Dengan demikian adakalanya kita menilai kebudayaan suatu suku bangsa telah berubah atau berbeda dengan kebudayaan aslinya hanya karena ada perubahan dalam wujud kebudayaanyang tampak, misalnya terjadi perubahan pada sistem sosial atau kebudayaan fisik. Padahal kalau ditinjau lebih jauh kebudayaan suku bangsa tersebut tidak berubah atau masih sama seperti aslinya.
Kebudayaan adalah perangkat peraturan dan tata cara, bersama dengan seperangkat gagasan dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan hidup masyarakat (Horton dan Hunt, terjemahan, 1987: 59 dalam Rahardjo, 1999:64), sedangkan menurut (Koentjoroningrat 1990:186 dalam Departemen Pendidikan Nasioanl, 2000:27 ) membedakan wujud kebudayaan menjadi tiga bagian, yaitu:
  1. wujud kebudayaan sebagai satu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan
  2. wujud kebudayaan sebagi satu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
  3. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
(Rahardjo, 1999:28) Desa secara umum diartikan sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimanapun didunia ini. Sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalisasi tertentu baik sebagai tempat tinggal ( secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama bagi yang tergantung pada pertanian. Pengertian Desa secara umum sering dikaitkan dengan pertanian, menurut (Egon E Bergel 1955:121 dalam Rahardjo, 1999:29) misalnya mendefinisikan desa sebagai setiap pemukiman para petani (peasant).
Sedangkan menurut (Paul H Landis 1948:12-13 dalam Rahardjo, 1999:30) Definisi desa dapat dipilah menjadi tiga, tergantung pada tujuan analisa. Untuk tujuan analisa statistik desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan analisa sosial-psikologik desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung pada pertanian.
Pertanian memang merupakan karakteristik pokok dari umumya didesa-desa disunia ini. Dilihat dari eksistensinya desa merupakan fenomena yang muncul dengan mulai dikenalnya cocok tanam disunia ini. Denagn mengingat pentingnya faktor pertanian bagi keberadaan desa, maka dapat dipahami bahwa kebanyakan batasan sosiologi pedesaan selalu berkisar pada aspek pertanian.
Penelitian ini dilakukan di desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Peneliti mencoba untuk menggambarkan sejarah Desa Tosari dan terbentuknya masyarakat pertanian Tengger di Desa Tosari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Peneliti berupaya mencari kebenaran sesuai dengan data dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara: observasi partisipan, wawancara secara mendalam dan dokumentasi.
Asal mula Suku Tengger
Asal mula suku tengger itu sendiri masih simpang siur, ada yang mengatakan dari kerajaan majapahit, kerajaan kediri, kerajaan singosari, kerajaan ponorogo, dan yang terakhir adalah kerajaan mataram kuno. Menurut Comandan Company VOC Belanda Andrian Van Ric pada tahun 1785 tokoh utama Tengger adalah Kiyai Dodo Putih. Menurut Thomas Tamford pada tahun 1817 tokoh utama Tengger adalah Kiyai Dodo Putih. Menurut Kihauanpayer pada tahun 1940 Kiyai Dodo Putih dan Nyai Kusumah merupakan moyang Tengger.
Namun dari beberapa pernyataan tersebut ada salah satu bukti paling kuat yaitu Prasasti di Penanja’an pada tahun 851 Saka atau 1929 Masehi Desa Walandit sudah dihuni oleh masyarakat, dan masyarakat tersebut diberi nama Hulun-Hulun Ning Hyang yang artinya adalah masyarakat yang patuh dan taat pada Sang Hyang dan Raja. Masyarakat tersebut juga disebut dengan hola-hola yag artinya adalah masyarakat yang masih lugu. Menurut penuturan Mbah Siddiq 1 selaku sesepuh Desa Tosari beliau mengatakan bahwa:
Di penanja’an Bromo terdapat Prasati dengan tulisan “Pada tahun 815 SAKA atau 1929 Masehi Desa Walandit sudah dihuni oleh masyarakat, dan masyarakat itu disebut dengan masyarakat hulun-hulu ning hyang atau masyarakat yang taat dan patuh pada Sang Hyang dan Raja. Masyarakat yang bebas dari pajak, akan tetapi diberi tugas untuk mendoakan keselamatan kerajaan”.

Begitulah asal mula terbentuknya Suku Tengger. Dan dipercayai nenek moyang Tengger adalah Wayah Giri Kusumo dan Niburing Mbok Wulanjar. Yang asal nenek moyang tersebut adalah dari Kerajaan Mataram Kuno karena bahasa yang digunakan oleh masyarakat Tengger sama dengan bahasa kerajaan mataram kuno.

Kebudayaan Suku Tengger
Suku Tengger yang mempunyai adat-istiadat Karo dan Kasada yang selalu diperingati setiap tahunnya dan Unan-Unan yang diperingati setiap 1 windu atau 8 tahun sekali. Menurut mbah Siddiq salah satu sesepuh di Desa Tosari, Karo merupakan asal mula sesuatu di dunia ini. Karo bukan peringatan ataupun hari raya, tetapi dengan adanya karo diharapkan generasi dari Suku Tengger itu sendiri mampu untuk terus melestarikan budaya yang turun temurun dilaksanakan, karo itu sendiri meneliti, mentelaah tentang ajarannya dengan cara melestarikan adat istiadat leluhur yang sejak dulu.
Pembukaan Karo selalu dilaksanakan di desa Tosari karena Desa Tosari merupakan Desa tertua dari ketujuh desa yang ada di Kecamatan Tosari dan leluhur pertama kali datang di desa Tosari yang dulunya diberi nama Kertosari. Dengan bukti adanya Pusaka Tengger yaitu Jimat Klontongan( kendang dengan isi baju klontongan manusia pada zaman dahulu).
Pada ritual Karo semua ikut berpartisipasi, dari yang tua sampai yang muda, diikuti dengan pemilihan kemanten sodor( penari sodor). Pemilihan tersebut merupakan penyeleksian siapa yang pantas dan layak untuk menjadi penari karo. Disebut layak apabila benar-benar bisa melakukan sodoran dengan baik. Pada perayaan Karo tersebut dihadiri juga oleh Bupati serta petinggi-petinggi.
Sodor terbuat dari bambu wuluh dengan didalamnya ada biji-bijian dengan gambaran kumpulnya atau bertemunya ibu dan bapak dengan bibit dari bapak. Dalam ritual Karo tersebut terdapat sesajen yang terdiri dari 24 takir yang terdiri dari jadah, pasung, pipis, jenang. Jadah itu melambangkan jabang bayi, pasung melambangkan sujud, pipis melambangkan kelahiran, dan jennag melambangkan bapak dan ibu bertemu.dan ada satu lagi sajen dari keduapuluh empat itu tapi memakai uang receh kuno yang disebut dengan satak. Pada tahun 2010 Karo sudah diperingati 1181x. bukti ini diperkuat oleh pernyataan Mbah Siddiq2 selaku sesepuh Desa Tosari, yaitu:
Pada tahun 2010 Karo sudah di peringati 1181x, setiap tahun masyarakat Suku Tengger selalu melaksanakan peringatan Karo untuk melestarikan budaya dari nenek moyang Suku Tengger. Itu artinya nenek moyang Suku Tengger sudah ada sejak lama”. Perayaan Karo diikuti oleh seluruh warga Tosari khususnya Suku Tengger, mulai yang muda sampai yang tua”.

Perayaan Karo wajib diikuti oleh seluruh warga tanpa pengecualiaan, kalau ada salah satu warga yang tidak mengikuti kebudayaan tersebut maka akan mendapatkan sanksi sosial dari warga yang lain. Karena kebudayaan Karo wajib untuk dilestarikan sebagai warisan nenek moyang Suku Tengger.
Karo sangat berhubungan erat dengan Kasada, Kasada yang identik dengan legenda Roro Jonggreng dan Joko Seger yang memiliki 25 anak tetapi anak bungsunya hilang konon katanya hilang di kawah Bromo dan setiap tahunnya meminta kepada saudara-sudaranya untuk selalu menjenguknya.
Sesajen-sesajen tersebut harus lengkap dan tidak boleh ada yang kurang atau salah. Dan yang berkewajiban meneliti kelengkapan tersebut adalah dukun(pemangku adat). Apabila ada yang kurang lengkap dari sesajen atau ritual tersebut maka yang menanggung resiko adalah Pak Dukun. Upacara Karo diperingati pada bulan kedua kalender Tengger. Dan peringatan tersebut dilaksanakan selama 14hari.
Kasada adalah ritual serta peringatan setiap satu tahun sekali, dan peringatan tersebut dilaksanakan pada bulan 11 kalender Tengger ketika bulan purnama. Kasada sendiri mempunyai legenda yaitu tentang Roro Jonggreng dan Joko Seger yang bertahun-tahun menikah akan tetapi tidak mempunyai anak, sehingga merekapun bertapa di dekat kawah merapi dan meminta untuk dikarunia anak. Permohonanpun didengar oleh Sang gaib dengan syarat anak terakhir harus di serahkan kembali pada Sang Ghaib.
Suku Tengger selalu melaksanakan ritual tersebut agar selalu mengingat sejarah nenek moyang mereka serta memohon agar di jauhkan dari mara bahaya dan doa khusus terutama adalah bersyukur pada Sang Pencipta atas apa yang telah di beri selama setahun tersebut dan di mudahkan dan di lancarkan rejekinya. Adapun sesajen yang diberikan saat melaksanakan ritual kasada adalah hasil bumi, yaitu palawija, hewan-hewan ternak, serta uang. Dan kesemuanya itu merupakan hasil yang diperoleh oleh masyarakat selama setahun.
Sesajen yang di berikan oleh masyarakat tersebut tergantung pada profesi masing-masing, apabila yang berprofesi sebagai petani maka memberikan hasil dari pertanian, dan yang berprofesi sebagai peternak maka menyerahkan hewan ternaknya, dan yang berprofesi sebagai wiraswasta menyerahkan uang. Dan sesajen khusus adalah sesajen yang disiapkan oleh dukun adat. Dukun adat bertindak sebagai pemimpin ritual, dan ketika berada di kawah dukun tersebut membuktikan kebenaran jimat junggring mekakat saloka, dan dalam ritual tersebut nantinya akan di adakan pertarungan antar dukun untuk memperebutkan jabatan sebagai dukun dari Suku Tengger.

Suku Tengger disini mempunyai pedoman hidup yang disebut dengan Panca Lima Duwur Witutur3 yaitu:
  • Berbakti pada Tuhan/ Sang Pencipta, yaitu dengan cara selalu beribadah serta menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannnya. Manusia tidak luput dari kesalahan yang mengakibatkannya pada dosa, oleh sebab itu manusia harus pandai-pandai menjaga segala perbuatannya agar terhindar dari dosa, yaitu dengan cara selalu beribadah pada Sang Pencipta. Karena selain menjuhkan diri dari perbuatan tercela, berbakti pada Sang Pencipta juga merupakan wujud syukur telah di beri kesehatan, rejeki, dll.
  • Berbakti pada orang tua, orang tua merupakan guru bagi anak-anaknya. Orang tualah yang mendidik dan mengajari anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab iru seorang anak harus berbakti pada orang tua, yaitu dengan cara menuruti segala nasehat orang tua. Dan tidak melawan atau memberontak pada orang tua.
  • Berbakti pada saudara, tetangga, sahabat. Lingkungan disekitar kita sangat mempengaruhi segala aktifitas kita, dan dalam lingkungan tersebut terdapat orang-orang terdekat kita, yaitu saudara, tetangga, sahabat. Sebagai mahluk sosial hendaknya kita semua harus hidup rukun dan saling tolong menolong.
  • Suami istri berusaha agar selalu bersedekah, karena dengan bersedekah semakin mendekatkan diri kita terhadap Sang Pencipta. Dan menjadikan kita pribadi yang baik karena menolong sesama yang sedang membutuhkan bantuan kita. Sedekah juga di percayai sebagai penolak balak agar terhindar dari marabahaya.
  • Dan yang terakhir adalah ingat akan mati. Manusia tidak selamanya hidup di dunia ini, pada saatnya nanti manusia pasti akan mati dan kembali pada alam kekal. Oleh sebab itu manusia harus berbuat baik dengan cara rajin beribadah serta baik pada sesama. Sangat luhur sekali pedoman hidup Suku Tengger.

Sejarah Ringkas Asal mula terjadinya desa Tosari
Desa Tosari merupakan salah satu desa di kecamatan Tosari yang memiliki 8 desa di antaranya adalah Desa Tosari, Desa Wonokitri, Desa Sedayeng, Desa Balidono, Desa Ngadiwono, Desa podokoyo, Desa Kandangan dan Desa Mororejo. Desa tosari merupakan desa tertua dari keenam desa tersebut. Desa Tosari tergolong unik, karena Desa tersebut memiliki masyarakat yang masih kental dengan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Dan masyarakat di Desa Tosari adalah sebagian merupakan Suku Tengger, suku Tengger merupakan Suku yang berada di sekitar Gunung Bromo. Gunung Bromo sendiri berada diantara Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo. Suku tengger memilik ciri khas yaitu pada adat istiadatnya yang disebut dengan Karo dan Kasada.
Berbicara tentang Asal-usul Desa Tosari tidak bisa lepas dari sejarah/legenda Tengger, karena memang pada dasarnya Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan berada di daerah Pegunungan Tengger. Pada zaman dahulu ada sebuah hutan yang ada di Daerah Tengger, hutan tersebut sangat lebat, kemudian ada di salah seorang pendatang yang bernama Kiweryosari yang ingin membuka atau membabat hutan tersebut dengan tujuan untuk dijadikan pemukiman dan tempat tinggal. Kemudian penduduk daerah setempat mengetahui ada sebuah mata air (sungai) yang sangat jernih, yang tentunya sungai tersebut sangat berguna bagi penduduk di sekitarnya untuk pertanian.
Akhirnya dengan keadaan yang demikian, tempat itu oleh penduduk disebut dengan istilah “Tuyokoyo” yang artinya air yang dapat menghasilkan kekayaan, karena nama tersebut dirasa kurang sesuai kemudian dirubah menjadi “Tuyosari” yang maksudnya : Air yang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Kemudian nama “Tuyosari” diubah menjadi “Tosari”. Seperti yang dituturkan oleh salah satu warga Desa Tosari yaitu P.Subin Asmoro4:
Pendatang baru ning Tosari iku jenengi Kiweryosari babat alas lan didadekne tempat tinggal gae anak cucu. Masyarakat nyebut Deso Tosari iku ambi istilah TUYOKOYO yen dikelola bakal datangne duek. Jeneng Tuyokoyo berubah dadi Tuyosari yen saiki di sebut Tosari” ( pendatang baru di Desa Tosari tu bernama Kiweryosari yang membabat hutan untuk dijadikan sebgai tempat tinggal anak cucu. Masyarakat menyebut Desa Tosari dengan istilah Tuyokoyo atau kaya kan mata air dan apabila dikelola kan menghasilkan uang. Nama Tuyokoyo berubah menjadi Tuyosari dan sekarang disebut dengan Tosari)”.

Begitulah sejarah ringkas asal mula nama Desa Tosari. Desa Tosari merupakan salah satu Desa tertua dari 8 desa yang ada di Kecamatan Tosari. Bukti kuat yang menjadi sumber bahwa Desa Tosari adalah Desa tertua adalah adanya Jimat Klontongan yang berisi baju Antakusuma yang disimpan oleh Dukun di Desa Tosari. Jimat Klontongan ini mempunyai nilai yang sangat bermakna bagi Suku Tengger sehingga tidak boleh sembarangan disimpan oleh warga biasa. Jimat Klontogan ini merupakan salah satu warisan nenek moyang Tengger. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Subin5 :

Deso Tosari iku Deso sing paling tua diantara deso-deso lain sing ana ning Kecamatan Tosari, buktine yaiku jimat klontongan sing disimpan oleh Dukun Tengger sing ana ning Desa Tosari, jimat klontingan iku isine klambine Antakusuma ( Desa Tosari merupakan Desa tertua diantara desa-desa lainnya yang berda di Kecamatan Tosari, buktinya yaitu jimat klontongan yang disimpan oleh Dukun Ten gger yang ada di Desa Tosari, jimat klontongan itu berisi baju Antakusuma)”.


Bukti lain bahwa Desa Tosari adalah Desa tertua yang ada di Kecamatan Tosari adalah perayaan Karo yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali dan Desa Tosari dijadikan sebagai tuan rumah dalam pelaksaan perayaan Karo tersebut. Pada tahun 2010 diemukan bahwa perayaan Karo sudah dilaksanakan 1181x. itu artinya Desa Tosari berdiri sejak lama. Seperti yang diungkapkan oleh Mbah Siddiq6:

Desa Tosari itu Desa tertua dari delapan desa yang ada di Kecamatan Tosari. Bukti bahwa Desa Tosari adalah desa tertua yaitu setiap perayaan Karo Desa Tosari selalu menjadi tuan rumah. Dan pada tahun 2010 ditemukan bahwasanya Karo sudah dilaksanakan 1181x. itu artinya Desa Tosari sudah berdiri sejak lama dan dihuni oleh nenek moyang Suku Tengger”.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan penduduk Desa Tosari yang semula dihuni oleh beberapa orang, semakain hari semakin bertambah penghuninya dan akhirnya terbentuklah suatu kemunitas/masyarakat, sehingga muncul ide-ide bahwa dengan semakin banyaknya masyarakat perlu adanya pemimpin (Kepolo) atau pengurus (Pemerintahan) yang bisa mengatur dan mengendalikan masyarakat tersebut agar dapat mencapai kehidupan yang layak dan aman.
Tokoh-Tokoh yang pernah menjabat sebagai Pimpinan/Kepala Desa adalah sebagai berikut :
1. Bapak Brahim menjabat pada tahun 1920 s/d 1924
2. Bapak Kerto Sastro Pani menjabat pada tahun 1925 s/d 1927
3. Bapak Joyodiwiryo menjabat pada tahun 1928 s/d 1932
4. Bapak Kadar menjabat pada tahun 1933 s/d 1934
5. Bapak Prastowo menjabat pada tahun 1935 s/d 1940
6. Bapak Pingik menjabat pada tahun 1941 s/d 1942
7. Bapak Katarik menjabat pada tahun 1943 s/d 1944
8. Dijabat oleh Sekretaris Desa (Carik)………….. pada tahun 1945 s/d 1949.
9. Bapak Katarik diangkat kembali pada tahun 1950 s/d 1975
10. Bapak Sugiharto menjabat pada tahun 1976 s/d 1979
11. Bapak Marsikan Atmorejo menjabat pada tahun 1980 s/d 1999
12. Bapak Achmad Subur S.H menjabat pada tahun 2000 s/d 2003
13. Bapak H. Iskandar menjabat pada tahun 2004 s/d Sekarang.
Pemimpin Suku Tengger ada dua, yaitu pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal yaitu Kepala Desa yang memimpin pemerintahan Desa, dan pemimpin informal yaitu Kepala Adat (Dukun Tengger). Pada zaman dahulu petinggi yang menjadi pemimpin disebut dengan “ Kie” dan setelah masuknya Belanda di Tosari nama pemimpin berubah menjadi “Aris”. Dan sekarang Kepala Desa di panggil dengan sebutan “Bapak Inggih”. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Subin Asmoro7:
Sakdurunge zaman Londo, namane petinggi iku “Kie” lan sakwise Belanda berubah dadi “Aris”. Jenenge “Kie” iku njupuk saka jenenge Kieweryosari pendatang pertama ning Deso Tosari”( sebelum zaman Belanda nama petinggi dipanggil dengan sebutan “Kie” dan setelah masuknya Belanda berubah menjadi “Aris”. Nama “Kie” mengambil dari nama Kiweryosari pendatang pertama di Desa Tosari).”
Jadi nama petinggi pada zaman dahulu mengambil dari nama Kiweryosari yaitu pendatang pertama di Desa Tosari. Seiring dengan perkembangan zaman nama-nama petinggi berubah.

Gambaran umum Desa Tosari

Desa Tosari terletak kurang lebih sekitar 1.800. km dari permukaan air laut dengan suhu kurang lebih 18 c dengan curah hujan rata-rata 2.200 mm/th, sedangkan jarak yang harus ditempuh dari Kabupaten Pasuruan adalah 50 Km dengan jalan yang beliku-liku dan bekelok-kelok.
Luas wilayah Desa Tosari.
Secara administratif Desa Tosari mempunyai Luas Wilayah Kurang lebih : 486,378 Ha, yang terdiri dari :
- Tanah Sawah dan Ladang : 414.603 Ha;
- Pemukiman / Perumahan : 40.227 Ha;
- Lain-lain (Hutan,sungai,Kuburan/makam,jalan) : 31.548 Ha.
Sedangkan Wilayah Desa Tosari dibagi dalam 6 (enam) Dusun yaitu :
- Dusun Wonomerto;- Dusun Ledoksari ;
- Dusun Tosari ;- Dusun Tlogosari ;
- Dusun Kertoanom dan- Dusun Wonopolo.
Dengan batas-batas Wilayah Desa adalah :
- Sebelah Utara : Desa Baledono Kecamatan Tosari ;
- Sebelah Timur : Desa Wonokitri Kecamatan Tosari ;
- Sebelah Selatan : Desa Podokoyo Kecamatan Tosari ;
- Sebelah Barat : Desa Ngadiwono Kecamatan Tosari .

Sejarah Ringkas Terbentuknya Masyarakat Pertanian

Mayoritas masyarakat Tengger di desa Tosari berprofesi sebagai petani, awal mula terbentuknya masyarakat pertanian disini adalah ketika Belanda masuk di Desa Tosari pada tahun 1785 dimana orang-orang belanda tersebut makanan pokoknya adalah kentang gubis, dan sayur-mayur, wortel. Akan tetapi penduudk di Desa Tosari masih menanam umbi-umbian untuk makanan pokok mereka. Belandapun membawa bibit kentang dan sayur mayur dari negeri Belanda dan mengajarkan kepada penduduk Tosari untuk menanam kentang dan sayur mayur.
Ketika Belanda masuk di Desa Tosari, Belanda membangun hotel-hotel untuk dijadikan sebagai penginapan ketika ada wisatawan. Dan kemudian Belanda membawa pekerja-pekerja dari luar, dari sinilah pendatang-pendatang baru datang dan tinggal di Desa Tosari. Suku Tunggur mulai bercampur dengan orang-orang luar suku mereka. Akan tetapi Suku Tengger tetap mau menerima orang-orang luar suku mereka dan hidup dengan rukun.
Pendatang-pendatang baru tersebut menganut agama serta kepercayaan yang berbeda dengan yang dianut dan dipercayai oleh Suku Tengger, akan tetapi mereka selalu saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Meskipun pendatang-pendatang baru memiliki kepercayaan dan agama yang berbeda dengan Suku Tengger, akan tetapi mereka di anggap sebagai bagian dari Suku Tengger yang harus melaksanakan adat-istiadat serta kebudayaan Tengger. Di Desa Tosari terdapat 3 agama yang berbeda, yaitu agama hindu, islam, kristen. Bagi yang mempercayai adat-istiadat Tengger, mereka wajib untuk melaksanakan budaya-budaya Tengger yaitu Karo dan Kasada yang diperingati setiap tahun.
Hubungan antara sejarah Desa Tosari dengan terbentuknya masyarakat pertanian sangat erta sekali kaitannya. Desa tosari pada zaman dahulu adalah hutan lebat yang kemudian dibabat lalu dijadikan sebagai pemukiman. Desa Tosari adalah desa yang kaya akan mata air sehingga tanahnya subur dan bagus untuk dioleh dan dijadikan sebagai tempat mencari penghasilan.

Bagitulah sejarah ringkas asal mula Desa Tosari dan terbentuknya masyarakat pertanian, yang kesemuanya itu saling berhubungan erat kaitannya.

PENUTUP
Desa Tosari mayoritas dihuni oleh masyarakat asli Suku Tengger, namun terdapat pula pendatang yang tinggal di Desa Tosari. Suku Tengger tergolong unik, karena masih kental adat-istiadat dan kebudayaannya. Suku Tengger termasuk terbuka terhadap masyarakat diluar sukunya, sebagai bukti adalah pendatang-pandatang baru yang tinggal di Desa Tosari, meskipun mereka bukan penduduk asli Desa Tosari dan bukan masyarakat asli Suku Tengger, namun mereka bisa hidup rukun dan damai tanpa ada konflik di antara mereka.
Pendatang baru umunya menganut agama dan kepercayaan yang berbeda, akan tetapi antara Suku Tegger dengan pendatang-pendatang baru saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Meskipun berbeda agama dan kapercayaan, pendatang-pendatang baru tersebut sudah di anggap sebagai bagian dari Suku Tengger, sehingga mereka harus mengikuti adat-istiadat dan kebudayaan Suku Tengger. Kebudayaan Suku Tengger diantaranya adalah kebudayaan Karo dan Kasada, dan diperingati setiap satu tahun sekali.
Pada tahun 2010 ditemukan bahwa Karo sudah diperingati 1181x, itu artinya Desa Tosari sudah berdiri sejak lama. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya prasasti dengan tulisan bahwa di Desa Walandit dipenanja’an Gunung Bromo sudah dihuni oleh masyarakat yang disebut dengan hulun-hulu ning hyang yang artinya adalah masyarakat yang taat dan patuh pada Sang Hyang dan Raja, sehingga dibebaskan dari pajak denagn tugas selalu mendoakan keselamatan kerajaan. Masyarakt tersebut masih lugu sehingga disebut dengan masyarakat hola-hola.
Desa Tosari dulunya adalah hutan lebat, lalu Kiweryosari yang merupakan pendatang pertama melakukan babat alas dan menjadikannya sebagai pemukiman untuk dirinya dan anak cucunya. Desa Tosari disebut dengan julukan TUYOKOYO atau artinya adalah kaya mata air dan apabila dikelola akan menghasilkan uang. Masyarakatpun mengelolanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sehingga sejarah Desa Tosari berhubungan erat dengan terbentuknya masyarakat pertanian Suku Tengger.














DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian, Gajah Mada University Pers, Jogjakarta, 1999

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Jawa Tengah, CV Dwi Jaya Karya, Jakarta, 1994

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Jawa Barat, CV Dwi Jaya Karya, Jakarta, 1994

Idrus, Muhammad. Metode Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif Edisi Kedua, Erlangga, 2009

Departemen Pendidikan Nasional, Budaya Masyarakat Suku Bangsa Minangkabau Di Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat, PD SYUKRI, Sumatera BARAT, 2000
1 Mbah Siddiq selaku sesepuh Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 3 maret 2012 pukul 11.00 dikediaman Mbah Siddiq di Desa Tosari

2 Mbah Siddiq selaku sesepuh Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 3 maret 2012 pukul 11.00 dikediaman Mbah Siddiq di Desa Tosari

3Panca Lima Duwur Witutur merupakan pedoman hidup Suku Tengger yang wajib untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari

4 Bapak Subin salah satu warga Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 1 maret 2012 pukul 19.00 dikediaman P.Subin Asmoro di Desa Tosari

5 Bapak Subin salah satu warga Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 1 maret 2012 pukul 19.00 dikediaman P.Subin Asmoro di Desa Tosari

6 Mbah Siddiq selaku sesepuh Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 3 maret 2012 pukul 11.00 dikediaman Mbah Siddiq di Desa Tosari

7 Bapak Subin salah satu warga Desa Tosari. Wawancara ini diambil pada tanggal 1 maret 2012 pukul 19.00 dikediaman P.Subin Asmoro di Desa Tosari

Tuesday, 14 October 2014

TUJUH KALIMAT PENGHAPUS DOSA



1. Mengucap “Bismillah” pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
2. Mengucap “Alhamdulillah”pada tiap- tiap selesai melakukan sesuatu.
3. Mengucap “Astaghfirullah” jika lidah terselip perkataan yang tidak patut.
4. Mengucap “Insya-Allah” jika merencanakan berbuat sesuatu dihari esok
5. Mengucap “La haula wala kuwwata illa billah” jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diinginkan.
6. Mengucap “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun” jika menghadapi dan menerima musibah
7. Mengucap “Laa ilaa ha illa Allah Muhammadur Rasulullah” sepanjang siang dan malam, sehingga tak terpisah dari lidahnya...

Semoga kita semua bisa mengamalkannya.. Aamiin

DESA SUMBER-ARUM, SONGGON, BANYUWANGI


4.1 LETAK GEOGRAFIS DESA
Sumber-Arum merupakan salah satu desa di Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi yang merupakan desa pecahan dari desa Seragi pada tahun 1995 dan pada 3 maret tahun 1997 di sahkan oleh GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR melaui surat  keputusan NOMOR 24 TAHUN 1997. Desa Sumber-Arum secara geografis terletak di dataran tinggi dan  sebagian berada didataran rendah berjarak kurang lebih 8km arah barat dari pusat kecamatan dan memiliki potensi yang cukup strategis dengan luas wilayah 9000,125ha yang terbagi menjadi 7 dusun, yakni: Dusun pasar, Dusun Krajan, Dusun Sumber-Asih, Dusun Mangaran, Dusun Kampung anyar, Dusun Bejong, dan Dusun Lider dengan perbatasan wilayah sebagai berikut:
Utara   : berbatasan dengan Kecamatan Bondowoso
Barat   : berbatasan dengan Desa Temu Asri Kecamatan Sempu
Selatan            : berbatasan dengan Desa Seragi Kecamatan Songgon
Timur   : berbatasan dengan Desa Sumber-Bulu Kecamatan Songgon

Desa Sumber-Arum dengan luas wilayah 9000,125ha terdiri dari tanah sawah 450 ha, tanah tegalan seluas 1.110ha, tanah pemukiman 14ha, dan tanah pekarangan seluas 5700ha. Desa Sumber-Arum Kecamatan Songgon memiliki jumlah penduduk 6867 jiwa yang terdiri dari 3701 jiwa penduduk laki-laki dan 3166 jiwa perempuan. Potensi Desa Sumber-Arum cukup besar, baik potensi yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum di manfaatkan secara maksimal. Potensi yang ada baik  sumber daya alam maupun sumber daya manusianya perlu terus digali dan dikembangkan untuk kemakmuran masyarakat secara umum.

4.1.2        Demografi Desa
Secara umum gambaran penduduk desa Sumber-Arum dapat di klasifikasikan dalam 4 hal yaitu: berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, usia. Adapun gambaran dari demografi Desa Sumber-Arum sebagai berikut:
4.1.2.1  penduduk berdasarkan jenis kelamin
gambaran secara umum tentang jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah Orang
1
Laki-laki
3.701
2
Perempuan
3.166

Jumlah
6.867
Sumber : Profil Desa Sumber-Arum tahun 2012

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3.701 orang  penduduk Desa Sumber-Arum berjenis kelamin perempuan sedangkan sisanya sebesar 3.166 orang berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk di desa tersebut di dominasi oleh perempuan. Peran perempuan sangat penting, di desa tersebut sebagian perempuan berperan ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga serta sebagai buruh di perkebunan atau buruh tani. Mereka melakukan hal tersebut untuk mendapatkan penghasilan tambahan agar mampu mencukupi kebutuhan hidup terutama untuk biaya pendidikan anak.

4.1.2.2  penduduk berdasarkan pekerjaan
gambaran secara umum tentang jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan pekerjaan dapat disajikan pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No
Pekerjaan
Jumlah (orang)
1
Petani
401
2
Pegawai Negeri Sipil
15
3
Buruh Tani
440
4
Industri Rumah Tangga
6
5
Pedagang Keliling
5
6
Peternak
391
7
Montir
11
8
Bidan Negeri
1
9
Pembantu Rumah Tangga
4
10
TNI
1
11
POLRI
1
12
Pensiunan
6
13
Jasa Alternatif
3
14
Karyawan Swasta
790
15
Makelar
7
16
Supir
4
17
Tukang Ojek
3
18
Tukang Cukur
2
19
Tukang Batu
70
20
Artis
4

Jumlah
2165
Sumber: Profil Desa Sumber-Arum Tahun 2012
Dari data tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sumber-Arum bekerja sebagai karyawan swasta berjumlah 790 orang. Yang kedua berjumlah 440 orang sebagai buruh tani dan 401 orang sebagai petani, hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di desa tersebut berprofesi sebagai petani dan buruh tani, karena keadaan tanah yang subur sehingga sangat cocok untuk melakukan kegiatan pertanian. Yang ketiga adalah peternak dengan jumlah 391 orang dan tukang batu berjumlah 70 orang. Sedangkan yag berprofesi sebagai pegawai negeri sangat sedikit sekali, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi terhadap pekerjaan masyarakat. Masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi bekerja sebagai pegawai, dan masyarakat yang memiliki pendidikan rendah pada umumnya bekerja sebagai pekrja kasar.

4.1.2.3  penduduk berdasarkan pendidikan
Gambaran secara rinci tentang jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan tingkat pendidikan dapat disajikan pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah (orang)
1
Tidak Sekolah
698
2
Tamat SD
1360
3
Tidak Tamat SD
957
4
Tamat SMP
717
5
Tidak Tamat SMP
540
6
Tamat SMA
622
7
Tidak Tamat SMA
617
8
D1
79
9
D2
-
10
D3
74
11
S1
68
12
S2
-

Jumlah
5732
Sumber:Profil Desa Sumber-Arum Tahun 2012
Dari data tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sumber-Arum paling tinggi adalah tamat Sd berjumlah 1360 orang, tamat SMP berjumlah 717 orang, tidak tamat SD berjumlah 957 orang, tidak sekolah berjumlah 698 orang, tamat SMA berjumlah 622 orang, tidak tamat SMA berjumlah 617 orang, tidak tamat SMP 540 orang, pendidikan D1 berjumlah 79 orang, D3 berjumlah 74 orang, S1 68 orang. Hal tersebut menandakan bahwa penduduk di desa tersebut masih tergolong berpendidikan menengah karena kebanyakan lulus SD, SMP, SMA, dan sedikit sekali yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal tersebut karena faktor biaya pendidikan yang di rasa cukup mahal bagi penduduk setempat. Di Banyuwangi juga baru di buka Perguruan Tinggi Negeri, sehingga sejak dahulu hanya berdiri Perguruan Tinggi Swasta saja. Sehingga sebagian masyarakat merasa biaya pendidikan di Perguruan Tinggi swasta cukup mahal, dan apabila ingin meneruskan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri maka harus berhijrah ke luar kota. Oleh sebab itu pemerintah harus menyediakan Perguruan Tinggi Negeri di Banyuwangi agar masyarakat dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dengan biaya yang terjangkau.

4.1.2.4  penduduk berdasarkan agama
Jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan pemeluk agama dapat disajikan pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama

No
Agama
Jumlah
1
Islam
6716
2
Kristen
69
3
Katolik
-
4
Hindu
82
5
Budha
-

Jumlah
6867
Sumber:Profil Desa Sumber-Arum Tahun 2012
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa penduduk Desa Sumber-Arum sebanyak 6716 orang memeluk agama islam. Keadaan yang demikian di tunjukkan dengan banyaknya bangunan sarana prasarana ibadah yang berupa masjid dan musholla serta kehidupan masyarakat Desa Sumber-Arum yang islami dan religius. Warga setempat selalu melakukan kegiatan rutin yang di laksanakan oleh bapak-bapak atau ibu-ibu setempat. Kegiatan tersebut berupa pengajian rutin seperti tahlilan, takmiran, khataman, istighosah, dll. Sehingga dengan adanya kegiatan tersebut di harapkan mampu untuk mempererat tali silaturahmi di antara mereka, juga agar iman lebih di tingkatkan. Meskipun di desa tersebut terdapat tiga agama yaki agama budha berjumlah 82 orang dan agama kristen berjumlah 69 orang, mereka tetap hidup damai dan saling toleransi antar agama. Hal tersebut terbukti ketika hari raya idul fitri yang di peringati oleh umat islam, sebagian umat non muslim ikut merayakannya dengan cara menyediakan kue di rumah untuk tamu yang bersilaturrahmi. Selain itu warga yang non muslim juga ikut bersilaturrahmi pada tetangga sekitar. Hal tersebut menandakan bahwa penduduk di Desa Sumber-Arum rukun dan damai meski terdapat perbedaan keyakinan. 

4.1.2.5  Penduduk Berdasarkan Usia
Jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan usia dapat disajikan pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No
Usia
Jumlah
1
0-12 bulan
93
2
1-5 tahun
434
3
5-7 tahun
325
4
7-18 tahun
833
5
18-56
3749
6
Di atas 56 tahun
1433

Jumlah
6867
Sumber:Profil Desa Sumber-Arum Tahun 2012
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sumber-Arum di dominasi oleh penduduk dewasa yaitu usia 18-56 tahun berjumlah 3749 orang, usia di atas 56 tahun atau yang biasa di sbeut dengan lansia yaitu berjumlah 1433 orang, selanjutnya 7-18 tahun berjumlah 833 orang atau yang biasa di sbeut dengan remaja, selanjutnya 1-5 tahun berjumlah 434 orang, 5-7 tahun berjumlah 325 orang, dan 0-12 bulan berjumlah 93 orang. Hal tersebut menandakan bahwa, usia dewasa memiliki peran penting dalam pembangunan desa, karena usia tersebut merupakan usia produktif yang dapat mempengaruhi terhadap perkembangan desa. Maju atau tidaknya sebuah desa, di dukung oleh potensi atau Sumber daya masyarakat setempat. Oleh sebab itu, masyarakat harus memiliki kemauan yang besar untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Agar masyarakat dapat bekerja secara layak, baik laki-laki atau perempuan.

4.1.3        Keadaan Sosial Budaya
Masyarakat Desa Sumber-Arum memiliki sifat kekeluargaan yang masih kuat, dimana di desa ini masih terdapat kegiatan-kegiatan seperti gotong royong, pengajian, selametan, dan sebagainya. Misalnya pada acara pengajian yang di dalamnya juga terdapat arisan ibu-ibu atau bapak-bapak yang di adakan seminggu dua kali, yaitu malam rabu dengan malam minggu bagi ibu-ibu, sedangkan bagi bapak-bapak pada malam jumat dan malam sabtu.
Di Desa Sumber-Arum juga memiliki orgnisasi-organisasi kemasyarakatan, sebagai wadah masyarakat untuk membangun ide atau pemikiran, sebagai sarana informasi dan juga sebagai sarana terjalinnya hubungan baik di dalam masyarakat, organisasi-organisasi tersebut antara lain:
a.       Organisasi PKK
b.      Organisasi Kelompok Tani
c.       Organisasi Karang Taruna

Kegiatan gotong-royong bukan saja pada saat melaksanakan bersih desa atau acara-acara desa, tetapi juga gotong royong yang di adakan apabila ada seorang tetangga yang sedang membangun rumah, kematian, hajian, pernikahan, masyarakat akan membantu tanpa imbalan apapun. Gotong royong juga di laksanakan ketika adanya suatu acara yang di lakukan oleh desa, misalnya membangun jalan atau jembatan, selokan, merenovasi balai dan kantor desa, membangun Puskesdes (Pusat Kesehatan Desa), dan bersih desa pada acara tujuh belas agustusan dengan banyak kegiatan dan perlombaan di dalam acara tersebut. Dalam masyarakat desa gotong-royong merupakan suatu bentuk kerja sama yang sangat berarti artinya bagi mereka. Dan biasanya berlaku suatu prinsip solidaritas sosial antara mereka, terutama bila di antara mereka mengalami kesulitan serta adanya kebiasaan-kebiasaan lainnya yang semakin erat hubungannya, seperti kematian atau pengajian-pengajian rutin.
Di Desa Sumber-Arum juga masih menjunjung tinggi adat-istiadat nenek moyang setempat. Di desa ini masyarakatnya masih melakukan upacara-upacara yang turun temurun dilakukan seperti adat-istiadat dalam upacara pernikahan, waktu kehamilan seperti acara tiga dan tujuh bulanan sampai pada kelahiran bayi yaitu sepasaran dan selapanan, dan waktu kematian seperti tujuh harian, empat puluh harian, seratus harian, yang terakhir adalah seribu hari. Ini merupakan salah satu wujud dari pelestarian kebudayaan masyarakat desa setempat.
Kehidupan masyarakat petani sama dengan masyarakat yang lain, terdapat kebudayaan serta tradisi dalam hidup mereka. Salah satu kebudayaan atau tradisi dari kehidupan petani di Desa Sumber-Arum adalah selametan “methik” persiapan akan panen, selametan tersebut di maksudkan agar hasil dari produksi pertanian mereka mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga petani memperoleh keuntungan yang besar, selain itu mereka juga berharap agar padinya di lindungi dari hal-hal yang mengakibatkan tanaman mereka gagal panen, seperti cuaca hujan yang mengakibtkan mereka menunda panen dan padinya harus basah karena terkena hujan sehingga ketika di jual padi mereka di beli dengan harga yang berbeda dari padi kering, tau bahkan mereka harus menjemurnya sebelum di jual agar harga tetap stabil seperti harga di pasaran saat itu. Kebudayaan itu menjadi sesuatu yang tidak dapat terpisahkan didalam kehidupan masyarakat. Sehingga di dalam kehidupan masyarakat dikenal siklus kebudayaan yang di dalamnya terdapat upacara-upacara serta tradisi yang di laksanakan oelh masyarakat untuk memperingati sesuatu keadaan yang sakral bagi mereka.

4.1.4        Keadaan Sosial Ekonomi  
            Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Sumber-Arum Rp.30.000,00/hari. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat minim, seperti untuk makan serta untuk pendidikan sekolah, untuk memenuhi kebutuhan lain-lain mereka harus mencari tambahan penghasilan seperti bekerja sebagai buruh dan sebagainya. Secara umum mata pencaharian masyarakatnya dapat identifikasi ke dalam beberapa sektor, yaitu pertanian, buruh perkebunan, perdagangan, industri dan lain-lain.
4.1.4.1 Keadaan Petanian
Desa Sumber-Arum dengan luas wilayah 9000,125 ha terdiri dari tanah sawah 450 ha; tanah tegalan seluas 1.110 ha; tanah pemukiman 14ha; dan tanah pekarangan seluas 5700 ha; tanah perkebunan seluas 1390 ha yaitu tanah perkebunan rakyat 40 ha; tanah perkebunan swasta 1350ha ; tanah perkebunan perorangan 5 ha. Kondisi tersebut mendukung sektor pertanian dan perkebunan menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat Desa Sumber-Arum.



Tabel 4.6
Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan
No
Uraian
Keterangan
1
Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian
1.532
2
Memiliki
522
3
Memiliki kurang dari 1 ha
25
4
Memiliki 1-5 ha
-
5
Memiliki 5-10 ha
-
6
Memiliki lebih dari 10 ha
-
7
Jumlah total keluarga petani
5.479
Sumber: Profil Desa Sumber-Arum tahun 2012
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Sumber-Arum memiliki lahan pertanian yang luasnya hanya kurang dari 1ha. Hal tersebut berarti bahwa banyak sekali petani yang bisa di golongkan sebagai petani gurem yang luas lahan pertaniannya di bawah 0,5 ha. Penduduk Desa Sumber-Arum menyebut luas lahan dengan sebutan “bao” yang artinya adalah satu “bao” sama dengan tiga perempat hektar atau 0,75 ha. Komoditas tanaman di Desa Sumber-Arum dapat di lihat pada tbel di bawah ini,
Tabel 4.7
Luas Tanaman Pangan Menurut Komoditas Pada Tahun Ini
No
Uraian
Satuan
Satuan
1
Jagung
2 ha
2 ton/ha
2
Kacang tanah
2 ha
0,5 ton/ha
3
Kacang panjang
4 ha
2 ton/ha
4
Padi sawah
400 ha
2.750 ton/ha
5
Cabe
22 ha
10 ton/ha
6
Tomat
3 ha
16 ton/ha
7
Sawi
 3 ha
7 ton/ha
8
Kubis
2 ha
1,5 ton/ha
9
Buncis
1 ha
0,05 ton/ha
10
Selada
150 ha
23 ton/ha
Sumber: Profil Desa Sumber-Arum tahun 2012
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa luas area penggunaan lahan untuk produksi dan produktifitas terbesar di Desa Sumber-Arum adalah tanaman padi dan selada, selanjutnya cabe, tomat, kacang, dan lain-lain. Padi sebagai komoditas utama di Desa Sumber-Arum karena mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Sejauh ini di desa tersebut belum memiliki pabrik atau gudang padi, sehingga ketika petani panen, mereka membawa hasil panen ke luar desa yang agak jauh dari desa tersebut. Sebagian petani juga memilih untuk menebaskan padinya pada tengkulak, dengan tujuan petani tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi ke gudang, serta biaya ngeret, ndoser, ngepak. Bagi petani padi, yang memiliki hubungan kontrak dengan tengkulak karena pinjaman modal, petani menyerahkan sepenuhnya padi mereka pada tengkulak tersebut, dengan harga dan bunga yang sudah di tentukan oleh tengkulak.